Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Jawa Timur, Benny Siswanto, mengatakan, di triwulan I 2016 perekonomian Jatim tumbuh 5,3% (yoy), melebihi pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 4,9% (yoy).
“Dari sisi permintaan, pertumbuhan didorong oleh akselerasi konsumsi swasta, investasi, dan ekspor luar negeri,” kata Benny di acara Disemnasi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jatim Triwulan-I 2016, Rabu (29/6/2016).
“Sementara dari sisi penawaran, sektor perdagangan besar dan eceran masih menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Jatim,” lanjut dia.
Menurutnya, konsistensi penerapan kebijakan harga energi sesuai tingkat keekonomiannya di tengah koreksi harga energi dunia mampu mendorong rendahnya tekanan inflasi, sehingga turut mendukung terjaganya pertumbuhan ekonomi Jawa Timur.
Sampai dengan Mei 2016, inflasi IHK Jawa Timur tercatat sebesar 2,77% (yoy), lebih rendah dari inflasi nasional yang sebesar 3,33% (yoy) dan lebih rendah dibandingkan historisnya lima tahun terakhir (6,14% yoy).
“Terjaganya tekanan inflasi sampai Mei ini terutama bersumber dari kelompok administered prices (Mei 2016, -3,74%, yoy), akibat koreksi harga BBM dan tarif listrik seiring dengan rendahnya harga minyak dunia,” tambah Benny.
“Tingkat inflasi yang terkendali di Jatim tidak terlepas dari program dan langkah aktif Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Jatim,” terangnya.
Sementara bila ditinjau dari sisi perbankan, kinerja perbankan di triwulan I belum membaik, namun dari segi risiko, stabilitas keuangan masih terjaga.
Penyaluran kredit hanya tumbuh 7,35% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 8,93% (yoy). Demikian pula pertumbuhan aset dan dana pihak ketiga turut melambat, masing-masing hanya tumbuh 8,6% dan 8,5% (yoy).
“Namun demikian, indikator-indikator ketahanan seperti rasio NPL dan LDR masih berada di kisaran aman. Ini mengindikasikan bahwa stabilitas sistem keuangan Jatim masih relatif terjaga, sehingga masih terbuka ruang dalam penyaluran pembiayaan,” jelas Benny.
“Sementara di sisi lain, masih tingginya tingkat kemiskinan, dan rendahnya kualitas sumber daya manusia, serta masih rendahnya peran pembiayaan perbankan, merupakan beberapa tantangan dari dalam Jatim yang perlu segera ditindaklanjuti,” terang orang nomer satu di KPw BI Jatim ini.
Namun demikian, Benny masih optimis perekonomian tahun ini akan tumbuh lebih baik dibandingkan tahun 2015, khususnya didukung oleh investasi dan pembiayaan.
Benny menjelaskan, BI turut mendukung efisiensi ekonomi sebagai upaya meningkatkan daya saing di seluruh sektor eknomi. Diantaranya dengan dilakukannya penurunan BI Rate menjadi 6,5%, setelah di tahun 2015 mencapai 7,5%.
Selain itu, dalam rangka peningkatan efektivitas transmisi kebijakan moneter dan pendalaman pasar keuangan, BI juga mereformulasi suku bunga kebijakan, dari BI Rate menjadi BI 7-day (Reverse) Repo Rate yang akan berlaku sepenuhnya pada tanggal 19 Agustus 2016 mendatang.
“Dengan berbagai daya dukung dan potensi perekonomian Jatim, perekonomian Jatim tahun 2016 diperkirakan masih terakselerasi dan tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun 2015,” tandasnya. (Ganefo)
Teks Foto: Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Jatim, Benny Siswanto (nomor 2 dari kiri)