Saat berbicara pada Leader’s Retreat KTT G20 sesi I mengenai terorisme di Hamburg, Jerman, Jumat (7/7) siang waktu setempat, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga menyampaikan keberhasilan Indonesia dalam menangani masalah terorisme dengan program deradikalisasi.
Dengan progam ini, Presiden mengatakan bahwa hanya 3 dari 560 mantan aktor teroris, atau hanya 0,53 persen yang berkeinginan melakukan aksi terorisme kembali.
Pemerintah Indonesia, lanjut Presiden, juga telah merekrut para pengguna akun sosial media berpengaruh untuk menyebarkan pesan perdamaian.
“Dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama juga berperan penting dalam menyebarkan perdamaian dan ajaran Islam yang toleran,” ujar Presiden Jokowi.
Disampaikan oleh Presiden Jokowi, bahwa Indonesia adalah sebuah negara majemuk, dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Indonesia juga merupakan negara demokrasi terbesar ketiga di dunia.
Dengan posisi yang unik dan strategis ini, ucap Presiden, Indonesia berkomitmen untuk menjadi bagian dari upaya global untuk memberantas terorisme serta menyebarkan perdamaian dan toleransi.
Sebelumnya dalam kesempaan itu, Presiden Jokowi juga mengangkat kasus Marawi, sebuah kota di Filipina yang kini dikuasai oleh jaringan kelompok ISIS. Hal ini membuat warga setempat harus terpaksa menjadi pengungsi.
“Kasus Marawi merupakan panggilan untuk kita semua bahwa jaringan ISIS kini telah menyebar dan afiliasi dengan teroris lokal terus terjadi,” ungkap Presiden.
Sebagai upaya pencapaian solusi terhadap Marawi, Presiden Jokowi juga menyampaikan bahwa dengan inisiatif Indonesia, perundingan trilateral antara Indonesia-Malaysia-Filipina telah dilaksanakan.
“Ke depan, ASEAN juga akan bekerja sama dengan Australia dalam pemberantasan terorisme di kawasan,” kata Presiden.
Turut mendampingi Presiden Jokowi dalam sesi I tersebut adalah Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Kepala BKPM Thomas Lembong. (EN/AS/ES)