SLEMAN, BERITA LIMA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance (AHA Centre) menggelar ASEAN Disaster Emergency Response Simulation Exercise (ARDEX) 2023 di DIY.
Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto mengatakan Bantul dipilih sebagai lokasi latihan penanggulangan bencana karena memiliki risiko tinggi terhadap gempa.
Simulasi kebencanaan ARDEX 2023 yang dipusatkan di Stadion Sultan Agung Bantul sejak 31 Juli sampai 4 Agustus itu diikuti 180 peserta dari 10 negara ASEAN.
“Karena di Bantul ini ada Sesar Opak dan pernah terjadi di 2006 dan itu sangat dahsyat sampai ribuan yang meninggal,” kata Suharyanto usai pembukaan ARDEX 2023 di Royal Ambarrukmo, Selasa (1/8/2023).
Suharyanto mengatakan, kerja sama penanggulangan bencana di negara-negara ASEAN sudah terjalin. Dia mencontohkan saat Myanmar mengalami bencana siklon tropis, pihaknya memberikan bantuan dengan bendera AHA Center.
“Saat gempa Turki dan Suriah kita juga mengirimkan pasukan SAR dari Basarnas dan dari kesehatannya juga dikoordinasi oleh AHA Center. ARDEX ini memelihara dan meningkatkan kemampuan dan kerja sama seperti itu,” ucapnya.
“Makanya yang hadir sekarang negara-negara tetangga khususnya ASEAN ada 180 orang dari 10 negara ASEAN,” sambung Suharyanto.
Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto mengatakan Bantul dipilih sebagai lokasi latihan penanggulangan bencana karena memiliki risiko tinggi terhadap gempa.
“Karena di Bantul ini ada Sesar Opak dan pernah terjadi di 2006 dan itu sangat dahsyat sampai ribuan yang meninggal,” kata Suharyanto usai pembukaan ARDEX 2023 di Royal Ambarrukmo, Selasa (01/08/2023).
Suharyanto mengatakan, kerja sama penanggulangan bencana di negara-negara ASEAN sudah terjalin. Dia mencontohkan saat Myanmar mengalami bencana siklon tropis, pihaknya memberikan bantuan dengan bendera AHA Center.
“Saat gempa Turki dan Suriah kita juga mengirimkan pasukan SAR dari Basarnas dan dari kesehatannya juga dikoordinasi oleh AHA Center. ARDEX ini memelihara dan meningkatkan kemampuan dan kerja sama seperti itu,” ucapnya.
“Makanya yang hadir sekarang negara-negara tetangga khususnya ASEAN ada 180 orang dari 10 negara ASEAN,” sambung Suharyanto.
Dalam simulasi kebencanaan itu, peserta diajak melakukan gladi posko atau pengambilan keputusan cepat terkait penanggulangan bencana. Kemudian ada gladi lapangan, yaitu pengerahan dan pemenuhan kebutuhan personel yang dibutuhkan.
Terakhir adalah gladi posko komando, berupa latihan prosedur komunikasi dan pengerahan peralatan dalam penanganan bencana.
Sementara itu Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menyebut DIY akan sering diguncang gempa bumi karena masih aktifnya Sesar Opak dan zona megathrust di pantai selatan.
“Jadi sebetulnya Sesar Opak ini kan masih aktif ya namun juga di selatan Itu kan ada megatrust Ini juga masih aktif,” kata Dwikorita. Meski demikian, menurutnya masyarakat Jogja bisa mengantisipasi.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menambahkan, Jogja memiliki beragam potensi bencana selain gempa.
“Jogja ini tidak hanya Sesar Opak saja, ada Gunung Merapi yang sangat aktif, dan juga ada kemungkinan terjadi tsunami yang berkaitan dengan keberadaan Jogja yang berada di tepian Samudra Hindia. Oleh karena itu tempat ini kita anggap sangat ideal untuk simulasi,” kata Muhadjir. (ulin)