BPWS harus ‘ Re – Strukturisasi’ Tokoh Central Madura yang bisa Membangun Madura

  • Whatsapp

MADURA, beritalima.com | Para tokoh Central banyak menyumbangkan fikiran terwujudnya Jembatan Suramadu, salah satunya Raden Muhammad Noer, mantan Gubenur Jawa timur ini sejak lama merencanakan Pulau Jawa dan Madura bisa di satukan, pada tahun 1950 saat pak M. Noer menjadi patih Bangkalan sudah terpikirkan Jembatan Suramadu, cita – cita itu tercapai pada saat terbitnya Perpres No 55 Tahun 1990 dimasa Presiden Soeharto, tujuannya adalah membangun Madura, perpres itu tentang percepatan pembangunan Pulau Madura sektor Industrialisasi dan perumahan, dari perpres itualh pada tahun 1991 ditetap kan membangun Jembatan Suramadu, kala itu M. Noer ditunjuk sebgai ketua tim pengarah pembangunan Jembatan Suramadu oleh Menristek/ ketua BPPT BJ Habibie dan kala itu juga menunjuk Raden M.Noer sebagai ketua Pelaksanaan Pembangunan jembatan Suramadu, kemudian BJ Habibie Menerbitkan kepmen no 283/ M/ BPPT/VI/.1991 tentang pelaksana proyek , yang ditunjuk adalah PT. DMP ( Dhipa Madura Perdana) yang didirikan 1989 oleh M
Noer, PT DMP milik.Taipan wiliam dan Edward Soerjadjaja (Summa group)menjadi pelaksana proyek pembangunan Jembatan Suramadu, industrialisasi dan perumahan,sejarah ini dikutip dari laman Pepnews.com

Pendiri IMABA (Ikatan Mahasiswa Bangkalan)
Drs. Harun AL Rasyid, M.Si, angkat bicara,” sejarah terbentuknya Jembatan Suramadu penuh dengan memory, di masa pak M.Noer masih menjabat Pati Bangkalan, sampai Gubenur Jatim, beliau memang berkeinginan Madura Surabaya ini terhubung, sehingga di era pak Soeharto, Menristeknya pak BJ Habibie, ibu Mega Wati , bapak Soesilo Bambang Yodoyono (SBY) lalu bapak Jokowi, saya tetap konsisten memonitor dan merasa terpanggil kalau bicara pasang surutnya Madura, terutama kesejahteraan Madura, apakah Pembangunan oleh BPWS ini sesuai cita – cita para tokoh terdahulu pada saat tercapainya Pembangunan jembatan Suramadu ? Tanya mantan Aktivis di era 1988 ini,

jika konsep dan tujuan awal tidak dipahami, akan berdampak buruk bagi perkembangan kedepan, mestinya tidak ada gejolak di kalangan masyarakat, bagaimana kalau mau membangun Madura kalau tidak paham Madura dan budayanya, kalau mau bangun Madura harus di dasari cinta sama Madura, budaya dan masyarakatnya, ini adalah kunci,” himbau Harun Al Rasyid
Sejak diresmikannya Jembatan Suramdu pada 10 Juni 2009 oleh Presiden SBY, banyak menuai kritikan dari kalangan masyarakat Madura.

Masih kata Harun Al Rasyid, ” polemik yang yang ada sekarang di KKJSM mualai dari, pembebasan lahan, pembangunan reast area, overpass masih menuai masalah, sudah 10 tahun berjalan asas manfaat bagi masyarakat terdampak belum sepenuhnya dirasakan, saya rasa Amanat Keppres no 55 Tahun 1990, dan perpres no 23 Tahun 2009 atas perubahan perpres no 27 Tahun 2008, sudah di laksanakan pemerintah, BPWS lah satu – satu nya tempat penampungan anggaran Trilyunan itu, jangan sampai Anggaran itu tidak digunakan dengan baik,” harap Drs. Harun Al Rasyid, M.Si yang sampai sekarang masih aktif sebagai Peneliti Masalah Menagement Risiko Bencana.

Ketua Presidium FPBI ( Forum Peduli Bencana Indonesia) Drs. Harun Al Rasyid, M.Si, merasa belum rela jika Pembangunan di Madura ini terkesan lambat, ” selain anggaran Dana Desa dari APBN, perlu adanya sinergi pembangunan infrastruktur dengan BPWS yang sama – sama bersumber dari APBN, jadi untuk membangun Madura ini saya rasa sudah memadai, dua APBN sangat istimewa sekali, saya optimis Madura kedepan akan mengalahkan kota Metropolitan, belum lagi SDA nya yang sangat kaya,” papar putra pasangan H.Hasbullah Atmokoesoemo dan Hj. Siti Aisyah, juga mantan peneliti Kebijakan pembangunan Suramadu Jawa Timur (2001)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *