Budaya Muhammadiyah di Persimpangan Jalan

  • Whatsapp

MAKASSAR. Persyarikatan Muhammadiyah kini diperhadapkan di persimpangan jalan.

Saat ini bangsa Indonesia diperhadapkan dengan tantangan budaya global Barat termasuk berasal dari Amerika Serikat, Eropa, China, Korea, Jepang dan Arab.

Selain itu juga datang budaya lokal, daerah dan nasional. Belum lagi budaya Islam Liberal, puritan dan tradisional.

Demikian ditegaskan, Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dr. H. Agung Danarto, M. Ag, saat jadi keynote speaker pada acara Seminar Pra-Muktamar Muhammadiyah 2020, di Unismuh Makassar, Sabtu (7/3/2020).

Dijelaskan, sisi lain kebudayaan yang ingin dicapai Muhammadiyah adalah, masyarakat utama, adil makmur yang diridhai oleh Allah SWT, Islam berkemajuan, Islam wasthaniyah, pemurnian di bidang akidah dan ibadah pembaharuan di bidang muamalah.

Strategi dakwah ditempuh Muhammadiyah agar tetap berjalan yakni melakukan dakwah amal maruf nahi mungkar, dakwah kultural, dakwah komunitas, kata Agung Danarto.

Seminar ini dilaksanan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada 22 kota se-Indonesia dengan mengusung tema, Strategi Kebudayaan Muhammadiyah Dari Purifikasi Menuju Islam Berkemajuan.

Pada seminar itu akan tampil selaku keynote speaker, Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dr. H. Agung Danarto, M. Ag

Narasumber lainnya Prof. Dr. Siti Chamamah Soeratno dengan tema Strategi Kebudayaan Muhammdiyahdi Tengah Tantangan Global.

Prof. Dr. Achmad Jaiunuri akan membahas Ideologi Muhammadiyah: Antara Purifikasi dan Dinamisasi; Dr. Azhar Ibrahim akan berbicara tentang Revolusi dan Strategi Kebudayaan di Asia Tenggara: Bagaimanakah Muhammadiyah Mengambil Pelajaran.

Prof. Dr. H. Abdul Muir Mulkhan, SU akan memaparkn materi tentang Mensinkronkan Hubungan Islam dengan Budaya Lokal; Prof. Dr. Biyanto, M. Ag akan membahas tentang Muhammadiyah dan Kebudayaan Lokal.

Dr. K. H. Abdullah Rene, M. Ag akan menjelaskan materi Makassar dan Islam di Indonesia: Mencari Keterpaduan Budaya.

Peserta seminar lainnya dari berbagai kalangan. Termasuk akademisi, aktifis NGO, tokoh lintas agama, tokoh ormas, jurnalis/media, civitas perguruan tinggi baik internal Muhammadiyah maupun dari kalangan luar Muhammadiyah beserta public secara luas. (ila/yahya).

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait