BANGKALAN, beritalima. com | Ribuan masyarakat Madura heboh menyaksikan Grand Final Kerapan Sapi se Madura memperebutkan Piala Presiden 2019 yang berlangsung di Lapangan Kerap R.P Moh Noer SKEP Kabupaten Bangkalan, Minggu (6/10/2019).
Total ada sebanyak 24 pasang sapi yang dipertandingkan pada grand final kerapan sapi khas Madura ini. Para peserta tersebut berasal dari enam pasang sapi yang dikirimkan oleh empat kabupaten di Madura. Masing-masing kontingen mengirimkan tiga pasang sapi golongan kalah dan tiga pasang sapi golongan menang.
Ajang Kerapan Sapi ini menarik antusiasme penonton dari banyak kalangan. Bahkan bukan hanya warga lokal Pulau Garam saja, melainkan juga sejumlah wisatawan asing dari mancanegara.
Kemeriahan di Lapangan Kerap pun menjadi kian gempita begitu peluit tanda dimulainya pertandingan ditiupkan oleh panitia. Para joki yang bediri di atas bambu saling memacu sapinya untuk menjadi yang tercepat.
Masing-masing pasang sapi berlomba menerjang lintasan kerap yang memiliki panjang sekitar 200 meter. Bahkan para peserta kerapan sapi tersebut hanya membutuhkan waktu kurang dari 20 detik untuk sampai di garis finish.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang hadir langsung dan membuka Grand Final Kerapan Sapi Piala Presiden 2019 mengatakan bahwa kerapan sapi adalah warisan budaya Madura yang perlu dilestarikan. Hanya perlu modifikasi sehingga tetap memiliki daya tarik yang tinggi tetapi dihindari penggunaan kekerasan.
“Ini produk budaya Madura yang luar biasa daya tariknya. Atas nama kita semua tentu kita mencintai binatang. Maka saya ingin menyampaikan hindari penggunaan kekerasan. Pada saat yang sama mari kita cari formulasi kerapan sapi yang memiliki daya tarik tinggi , penuh keindahan sebagai sebuah tontonan tanpa kekerasan pada sapi yang dilombakan,” kata Khofifah dalam sambutannya.
Ia menyarankan agar sisi budaya, sisi warisan kesenian serta keindahan dalam Kerapan Sapi menjadi keunggulan Madura yang ditonjolkan.
Hal ini ditujukan dengan semangat untuk tetap memberikan kasih sayang pada binatang khususnya dalam hal ini adalah sapi yang menjadi keunggulan kerapan sapi di Madura. Sehingga ia mengimbau agar hal-hal yang menyebabkan kekerasan pada sapi dihindarkan dalam Kerapan Sapi.
Tidak hanya itu dalam Kerapan Sapi ini, yang unik adalah ada dua golongan yang ditetapkan menjadi pemenang. Yaitu golongan kalah dan golongan menang. Dua duanya sama sama mendapatkan hadiah utama berupa mobil.
“Barang kali hanya di Madura satu-satunya lomba yang menang dan kalah dapat hadiah setara. Bedanya yang menang dapat Piala Presiden RI,” ucap Khofifah, yang tak lain adalah gubernur perempuan pertama Jawa Timur ini.
Dalam ajang Kerapan Sapi Piala Presiden 2019 di Bangkalan ini, juga digelar rangkaian acara lain. Salah satunya adalah Festival Sapi Sono’ yang merupakan kontes kecantikan sapi.
Selain itu juga ada pemeran sapi taccek, pameran sapi pedetan dan juga sejumlah jenis sapi yang lain. Rangkaian kegiatan itu menunjukkan bahwa Madura memiliki keistimewaan di bidang budi daya sapinya yang unggul.
“Tadi ada juga proses kolektif percepatan inseminasi untuk sapi. Ada juga sapi Madrasin yaitu persilangan Sapi Madura dengan Sapi Limosin. Kita tentu berharap sapi lebih banyak dihasilkan dari Madura,” katanya wanita yang juga mantan Menteri Sosial RI ini.
Sementara itu Bupati Bangkalan Latif Amin Imron mengatakan bahwa promosi Kerapan Sapi terus dilakulan. Dan hal ini terbukti dari semakin banyaknya wisatawan mancanegara yang hadir di Kerapan Sapi.
“Kegiatan ini sangat memicu antusiasme masyarakat untuk berbondong-bondong datang ke Bangkalan. Maka kami berharap tahun depan Kerapan Sapi bisa digelar lagi di Bangkalan karena Bangkalan satu-satunya yang memiliki tempat standar yang memiliki daya tampung cukup untuk kegiatan Kerapan Sapi,” pungkasnya.
Dibutuhkan Rumah Potong Hewan Modern Berstandar SNI di Madura
Dengan melimpahnya produksi sapi di Madura, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyebut ada kebutuhan untuk adanya Rumah Potong Hewan (RPH) modern dan berstandar SNI di Madura.
Yang nantinya akan berseiring dengan upaya pengembangan industri pengolahan rumput laut, industri pengolahan garam, dan juga industri olahan daging di Madura.
“Kalau sudah disiapkan teknologi petik olah kemas jual, maka industri pengolahan daging pabriknya bisa didirikan di sini juga,” kata Khofifah.
Jika RPH modern sudah ada di Madura, Khofifah optimistis industri pengolahan daging juga akan tumbuh di Madura. Misalnya sarden daging, nugget, ataupun industri olahan lain.
“Sehingga di Madura tidak hanya menjual sapi, tapi juga daging dan olahannya. Ini bisa memberikan signifikansi penyejahteraan masyarakat Madura,” kata Khofifah.
Untuk itu Khofifah intens melakukan koordinasi dengan bupati Madura terkait budi daya sapi. Menurutnya RPH modern berstandar SNI ini nantinya akan didirikan di titik mana yang paling banyak memiliki budi daya sapi.
“Nah untuk sementara ini Pamekasan sudah menyampaikan rencananya, Bupati Pamekasan mengusulkan budi daya sapi potong Pamekasan agar dilakukan di beberapa kecamatan,” kata Khofifah.