Memasuki awal tahun 2016, Provinsi Jawa Timur telah mampu menyerap gabah maupun beras dalam jumlah yang besar. Kepala Perum Bulog Divre Jatim Witono mengatakan bahwa proses penyerapan gabah dan beras Perum Bulog Divre Jatim telah menembus serapan hingga 524 ton.
Dikutip dalam laman jatimprov.go.id, Senin (8/8), Witono mengatakan bahwa dari target prognosa (angka proyeksi pencapaian tahun berjalan yang dibuat sebagai dasar penetapan target tahun depan) 2016 yakni 850 ton, maka serapan itu telah mencapai hampir 60 persen dari target prognosa 2016 sebesar 850 ribu ton. Yakni per hari dapat menyerap gabah sebesar 6.000 ton atau 3.000 ton setara beras.
Penyerapan ini dapat terjadi karena adanya bantuan dari tim sergap (serap gabah petani) dengan pihak TNI AD, sehingga masih dapat terus dioptimalkan. Bahkan sampai tahun ini, penyerapan masih berjalan dengan cukup baik, walaupun masih ada kendala yakni harga patokan pemerintah (HPP).
HPP yang ditetapkan oleh pemerintah yakni masih menggunakan ketentuan dari Inpres 2015 sebesar Rp 3.700 untuk gabah kering panen (GKP). HPP masih sama dengan seperti HPP 2015. Maka masih mengalami kendala karena tidak dapat memperoleh gabah petani melebihi HPP untuk beras PSO (raskin).
Witono mengatakan walaupun untuk beras komersial yang dijual dalam bentuk beras premium masih bisa diserap diatas HPP. Memang, ketentuan HPP masih terus disesuaikan dengan inflasi. Sehingga kalau inflasi naik, maka jumlah kemiskinan akan bertambah. Jadi HPP masih menjadi kendala khususnya dalam melakukan penyerapan gabah petani.
Bambang Haryo yang merupakan anggota Komisi VI DPR RI, saat kunjungan kerja ke Bulog Jatim meminta agar pemerintah memperhatikan permasalahan HPP. Sulit bagi Bulog untuk menyerap gabah petani apabila HPP masih sama. Saat ini HPP masih di Rp 3.700 untuk GKP. Sementara idealnya HPP bisa naik sampai dikisaran Rp 3.900-Rp 4.000 per kg.
Dengan HPP yang naik, maka akan berdampak pada semangat petani untuk menanam padi kembali akan meningkat, karena termotivasi bahwa ada kenaikan pada HPP. Dengan kenaikann HPP, maka kesejahteraan dapat dirasakan oleh petani. Dengan semangat untuk menanam dan produksi padi secara maksimal, mampu meningkatan juga ketahanan pangan nasional. (AS)