PONOROGO, beritalima.com- Miris dengan harga cabai yang masih ‘Pedas’ sepedas rasanya, Badan Urusan Logistik (Bulog) Subdive Ponorogo, Jawa Timur, menggelar operasi pasar di Pasar Songgolangit dan depan kantor Bulog.
Kepala Subdivre Bulog Ponorogo, Muhammad Rudi Prasetya, mengatakan, selama hampir 10 hari terakhir pihaknya telah membeli sekitar 600 kg cabai dari petani langsung di kebunnya. Diantaranya dari petani di Madusari Kecamatan Siman dan wilayah Kecamatan Babadan serta dari Ngantang Kabupaten Kediri. “Kita berupaya mendekatkan jalur distribusi dari petani ke konsumen,” kata Rudi, kepada wartawan, Jumat 13 Januari 2017.
Dari Ngantang, Bulog mendapatkan cabai dengan harga cukup miring. Sekitar Rp.35 ribu per kilogram. Sayangnya, di wilayah ini, hanya terdapat sekitar 2,5 ton cabai yang harus dibagi oleh kantor-kantor subdivre Bulgo se-Jawa Timur. Bulog Ponorogo pun hanya kebagian 70 kg.
“Akhirnya setelah ditambah ongkos angkut Rp.5 ribu per kilogram, kita lepas ke pasar dengan harga sekitar Rp.40 ribu per kilogram ke masyarakat,” tambah Rudi.
Tapi di Ponorogo, harga cabai dari petani sangat bervariasi. Namun tetap di kisaran tinggi. Yaitu sekitar Rp.60 ribu hingga Rp.70 ribu per kilogram. Bulog menjual ke konsumen dengan harga Rp71 ribu per kilogram.
“Kalau pas dapat murah kita bisa juga sampai Rp.50 ribu per kilo. Kalau pas dapat cabai dengan harga tinggi, Rp.80 ribu (per kilogram). Nanti subsidi silang dengan cabai yang harga belinya murah. Yang jelas kami tidak memberlakukan keuntungan,” lanjutnya.
Bulog, lanjutnya, tidak memiliki dana subsidi untuk cabai seperti yang diberlakukan untuk beras. Karena itu, untuk menanggapi himbauan Bulog Divre Jawa Timur, maka Subdivre Bulog menggunaan dana operasional untuk operasi pasar. “Kami tidak ambil keuntungan tapi tidak merugi. Begitu saja,” ujar Rudi.
Hingg saat ini, Bulog belum mengetahui batas waktu operasi pasar cabai ini berakhir sampai kapan. Intervensi suplai cabai ke pasar oleh Bulog ini akan dihentikan bila harga di pasaran mulai normal kembali.
“Dua hari lalu masih Rp.110 ribu, kemarin sudah Rp.100 ribu. Hari ini sudah Rp.80 ribu. Kalau sudah di kisaran Rp.70 ribu sampai Rp.60 ribu ya kita hentikan,” terangnya.
Rudi menuturkan, operasi pasar cabai baru pertama kali dilakukan di Bulog Ponorogo. Meski begitu, tidak ada kesulitan berarti untuk kegiatan ini. Hanya saja Bulog tidak bisa melakukan pembelian cabai besar-besaran sebab tidak memiliki alat pendingin sehingga hanya membeli 50-100 kg cabai untuk stok selama dua sampai tiga hari.
“Kami pun menjual dalam kemasan 1-2 ons saja agar terjangkau ibu rumah tangga. Pembelian juga dibatas tidak boleh memborong,” kata Rudi.
Operasi pasar ini mungkin juga dilakukan pada komoditas lain seperti yang telah dilakukan di subdivre Bulog lainnya. Terutama untuk mengatasi kenaikan harga yang tidak wajar akibat dari inflasi dan permainan tengkulak. (Dibyo)