WONOSOBO, beritalima.com | Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Wonosobo melakukan rapat koordinasi pecanangan cagar kuliner Wonosobo bersama pengelola pasar kumandang, Bapeda Wonosobo, beberapa komunitas penggiat kukiner di Wonosobo dan media online dan cetak. Rapat tersebut dilakukan di aula Disparbud, Selasa (3/9).
Dalam kesempatan tersebut Kadin Disparbud Drs. One Andang Wardoyo M.Si, mengatakan pihaknya sangat mendukung dengan adanya pecanangan cagar kuluner Wonosobo, karena hal tersebut sebagai pendukung penetapan kabupaten Wonosobo sebagai kota kreatif di bidang kuliner, holografi dan seni pertunjukan.
“Kuliner – kuliner yang ada di Wonosobo harus diterapkan yang akan di intregasikan dengan cagar budaya diharapkan nantinya akan banyak kuliner khas Wonosobo yang diakui sebagai produk lokal orang – orang Wonosobo, seperti mie ongklok, carica, cimplung dan lainya.” Ujarnya
Beberapa hari lalu digelar festival kuliner mencoba mengumpulkan makanan khas dan mencoba mencari makanan apa saja yang ada di Wonosobo kemudian kita bukukan.
Lebih lanjut diunkapkan, Disparbud meminta kepada Bapeda untuk mensinkronkan dari pelatihan untuk menfokuskan dan menentukan kuliner apa yang akan kita angkat. Seperti pelaku mie ongklok ada berapa dan kita coba kuatkan kapasitasnya mulai dari bumbu, cara memasak, cara mengemas, cara mensajikan, menjual dan mempromosikan.
“Kami berharap kuliner yang ada bisa menjadi industri sebagai mata pencaharian baru dan menjadi nilai tambah untuk masyarakat Wonosobo, dengan melakukan pelatihan – pelatihan dalam mengolah bahan mentah menjadi sebuah kreatifitas makanan khas yang bisa dijual dengan cita rasa yang berbeda dengan kota lain.” Terang One Andang
Sementara itu inisiator pasar kumandang Sigit Budi Martono menjelaskan cagar kuliner adalah istilah baru dalam menjaga, melestarikan dan mengamankan kuliner lokal jangan sampai punah dengan adanya makanan dari luar/produk pabrikan.
Setiap kuliner mempunyai karakter secara turun temurun. Disetiap daerah pasti memiliki makanan khas sesuai dengan sumberdaya lokal di sekitar mereka.
Dalam pelaksanaanya kita harus merumuskan dengan detail kuliner apa yang harus di jaga, seperti kuliner berbahan dari umbi – umbian, beras ketan, beras jawa dan lainya, ini harus di up lagi dengan adanya cagar kuliner.
Di Wonosobo akan di buat pusat – pusat cagar kuliner, salah satunya di pasar kumandang yang menjadi pusat jual makanan tradisional yang menjadi contoh produk lokal. Sekira 300 menu kuliner sudah melakukan kajian terkait kandungan gizi di dalamnya.
Kami juga berupaya melakukan pelatihan – pelatihan untuk mengkoordinir kader – kader atau komunitas di daerah yang patensial untuk menginfentaris makanan khas yang diambang kepunahan yang akan diup dan dibrending makanan tersebut dengan kajian – kajian dari akademisi terkait kandungan gizi di dalamnya.
“Ini baru awal pencanangan terkait cagar kuliner Wonosobo. Alhamdulillah semua mendukung dan disambut positif oleh teman – teman pengiat kuliner dan dinas terkait. kedepan akan di buat tim promo dan pelaksana yang akan melakukan rumusan yang lebih spesifik terkait cagar kuliner/makanan lokal.” Papar Sigit. (Budi)