Oleh : Junniwati Theresia
“ Ada dua orang kuat yang berada sebagai benteng pertahananku, ku panggil dia Papa dam Mama. Cahaya ku di saat kegelapan terasa menghantuiku di setiap saat. Tak pernah lupa di setiap hela nafasnya menyebutku dan saudara ku kepada sang pencipta, penuh harapan agar kami mendapatkan kebahagiaan dan suka cita. Masa depan cerah dan kesuksesan. Tanpa mengharap balasan, tanpa mengharapkan imbalan… Kelak bisakah aku membanggakan kedua orang tua ku ini?”
Setiap manusia tidak akan pernah lahir seorang diri saja ke dunia ini. Setiap manusia pasti memiliki Keluarga. Apa itu Keluarga? Keluarga adalah kumpulan manusia yang hidup bersama sebagai ‘satu’ yang memiliki hubungan darah dan tinggal bersama dalam satu rumah yang dipimpin oleh seorang kepala keluarga. Semua pasti memilikinya, termasuk aku.
Aku lahir di keluarga biasa saja, memiliki satu orang kakak laki-laki yang terpaut jauh umurnya denganku.
Sebenarnya ada satu lagi anggota keluargaku, seorang kakak perempuan. Tetapi Pencipta lebih mencintainya sehingga menjemputnya terlebih dahulu pada saat kelahirannya. Ketika ada aku dan ada kakak laki-lakku, pasti ada pula papa dan mamaku. Ya, karena mereka aku dan kakak laki-lakiku ada di dunia ini untuk menghadapi dan mensyukuri indahnya dunia dengan segala isinya,Terima Kasih Tuhan untuk kesempatannya.
Aku di lahirkan dengan kedua orang tua yang memiliki karir yang cukup bagus pada masanya. Ayahku adalah seorang Tentara Indonesia. Dulu pada saat aku masih kecil, ayahku selalu pulang dengan wajah yang menyeramkan, dengan cat hijau dan hitam memenuhi wajahnya. Aku sempat takut dan sembunyi terkadang di belakang mamaku, tetapi dengan senyuman dan candaannya lama-lama aku terbiasa. Berangkat pagi, pulang larut malam adalah suatu kebiasaan dari senin hingga jumat. Terkadang aku marah dan menangis, merasa kesepian. Tetapi ayahku selalu bilang, “ini semua untuk kalian,untuk kebahagiaan kalian kelak,”
Selanjutnya adalah mamaku. Mamaku adalah seorang Apoteker. Ya,mamaku adalah wanita yang pintar dengan hitung-menghitung serta dalam menghafal sesuatu. Pada saat aku dan kakakku sakit, mamaku langsung cepat dan sigap memberikan obat dan berbagai macam perawatan agar kami berdua lekas sembuh. Tak lupa juga, segala vitamin dan makanan bergizi 4 sehat 5 sempurna di berikan setiap harinya. “Makan yang banyak ya nak,minum susu sudah mama beli.
Jangan sampai nanti dikira mama gak kasih kalian makan karena sibuk,” hehehe kenapa mamaku bisa bilang begitu? Karena aku tergolong lemah dan kurus. Berbeda dengan saudar laki-lakiku yang kuat dan cukup gendut. Mamaku selalu berkata, “apapun akan mama lakukan dan berikan untuk kebahagiaan kalian berdua,” Dulu aku belum paham dengan kata-kata itu, tapi sekkarang jika mengingat perkataan papa dan mamaku setiap saatnya, rasanya sedih bercampur bangga, aku di karuniai papa dan mama yang selalu melindungi dan berusaha memberikan yang terbaik, disepanjang hidupnya.
Tahun demi tahun berlalu, masalah demi masalah pun datang. Dari yang ringan hingga yang berat. Fase terberat pun terjadi di masa aku menjalani masa-masaku menata masa depanku. ya, tahap akhirku. Aku sempat marah dan putus asa. Aku diam seribu bahasa berhari-hari hingga berminggu-minggu. Bukan. Aku bukan marah terhadap kedua orang tuaku tetapi terhadap keadaan dan sang Pencipta. “Kenapa harus terjadi? Apa salah kedua orang tuaku ?” gerutuku pada saat itu.
Sampai suatu malam aku terbangun, dan melihat kedua orang tuaku berdoa dan menyanyikan beberapa kidung. Dalam doanya aku mendengar, “ Tuhan aku mohon kuatkan hamba untuk menjalani kehidupan ini agar kedua anak hamba dapat tetap menjalani masa mudanya dengan baik dan mendapatkan cita-citanya kelak,” Aku terdiam saat itu. Menangis dan berfikir apa yang harus aku lakukan untuk dapat membuat mereka bertahan dan kuat. Aku yakin, tidak hanya sekali ini saja, tetapi di setiap doanya selalu terucap nama ku dan kakak laki-lakiku.
Lalu sekarang langkah apa yang harus ku ambil? Jelas, aku harus berusaha dan bekerja keras untuk membanggakan kedua orang tuaku. Aku memulai menyusun lagi semangatku yang hilang. Tapi pastinya, di saat aku memulai, pasti kegagalan itu ada. Tapi kedua orang tuaku berkata, “kegagalan itu biasa, coba lagi jangan patah semangat,” lalu seketika, energiku kembali. Tak lupa pula, senyum hangat tiap pagi dan senda gurau untuk menyemangatiku memulai hariku.
Di tengah kerbatasan orang tuaku, mereka selalu memberikan aku dan saudara laki-lakiku yan terbaik. Hingga sekarang. Terkadang aku melihat mereka sedih,bahkan menangis. Terkadang pula aku melihat mereka tertawa, bahkan hingga menangis pula. Di saat aku sedih, aku selalu mencoba untuk bangkit lagi. “tidak seharusnya aku menangis hanya karena hal yang lain selain orang tuaku,” meskipun sulit, tetapi perlahan aku mencobanya. Aku mencoba menjadi dewasa dan berfikir kedepan. Untuk siapa? Kedua orangtuaku. Cahayaku. Benteng perlindunganku.
Semangatku.
Aku sadar, tidak ada keluarga yang sempurna di dunia ini. Setiap keluarga pasti memiliki persoalan bahkan pertentangan di dalamnya. Begitupula dengan keluargaku. Tapi yang pasti, hingga saat ini aku tetap bersyukur dan berterima kasih, sang Pencipta membiarkan aku berada di tengah keluarga ini.