SURABAYA, beritalima.com | Akhir-akhir ini media sosial diramaikan dengan meme yang menjelaskan bahwa beberapa tokoh radikal anti NKRI adalah sesama Aswajanya dengan NU. Banyak warganet awam terkecoh dengan meme distorsif tersebut dan beranggapan bahwa mereka (para tokoh radikal itu) betul-betul NU.
Demi keselamatan Nahdliyyin, Bendahara Umum PW IKA PMII Jatim Firman Syah Ali yang akrab disapa Cak Firman angkat bicara.
“Masyarakat sebaiknya tau bahwa NU itu bukan hanya amaliyah, tapi juga fikrah dan harokah. Kalau hanya amaliyah, tidak sedikit kelompok pembenci NU amaliyahnya sama dengan NU. Maka harus kita tegaskan bahwa Aswaja belum tentu NU, namun NU sudah pasti Aswaja” ucap Pengurus Harian LP Ma’arif NU Jawa Timur ini.
Terkait dengan statemen Aswaja belum tentu NU tersebut, Koordinator Wilayah Sahabat Mahfud MD Jatim ini menyebutkan bahwa Ormas yang bermaliyah Aswaja di Indonesia bukan hanya NU. “NU adalah Ormas Aswaja terbesar di Indonesia, dan di luar NU banyak ormas-ormas kecil yang beramaliyah Aswaja antara lain Jamiat Kheir, PERTI, Al-Washliyah, Mathlaul Anwar, Al-Khairaat, Nahdlatul Wathan, eks Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Sarekat Islam (SI), eks Front Pembela Islam (FPI) dan banyak organisasi lokal lainnya. Diantara tokoh Al-washliyah adalah Ustad Abdul Somad dan Tengku Zulkarnaen. Mereka melakukan semua ritual aswaja seperti tahlilan, mauludan, sholawatan dll, namun pemikiran, gerakan dan semangat sebagian dari mereka berlawanan dengan NU. Ingat saya menyebut sebagian dari mereka, karena tidak semua anggota Ormas Aswaja selain NU lantas tidak sejalan dengan NU” lanjut ketua FP3I IPNU/IPPNU Pamekasan periode pertama ini.
“Aswaja ala NU kita sebut saja Aswaja Nusantara atau Aswaja Annahdliyyah. Aswaja Nusantara ini tidak radikal juga tidak liberal. Selalu sejalan dengan pimpinan struktural NU namun tetap hidup di dalam kultur NU. Semangat juang bahkan semangat hidupnya juga senantiasa untuk NU bukan untuk menghancurkan NU. Jika penganut Aswaja tidak memenuhi semua itu berarti Aswaja ghairu NU atau Aswaja roso wahabi disingkat Asrobi” sergah tokoh aktivis gerakan reformasi ’98 ini.
Aktivis ISNU ini tidak lupa menjelaskan bahwa penyebutan Asrobi bukan tanpa alasan. “Mereka saya sebut Asrobi karena fikrah,harokah dan ghirahnya sejalan dengan wahabi, bukan dengan NU sebagai ormas aswaja terbesar. Ciri khas pemikiran dan gerakan yang melakat pada wahabi juga melekat pada mereka, antara lain takfiri, yaitu suka mengkafir-kafirkan sesama muslim yang tidak sepemikiran dan sepergerakan dengan mereka. Takfirisme ini merupakan cikal-bakal radikalisme dan radikalisme merupakan cikal-bakal terorisme. Mereka itu, Wahabi dan Asrobi sama-sama penganut teologi kebenaran tunggal, bahwa hanya merekalah kebenaran di alam semesta, kelompok selain mereka wajib musnah, wajib dibom dan sebagainya. Maka penganut teologi kebenaran tunggal dapat pula kita sebut sebagai penganut teologi maut” lanjut senior GP Ansor ini.
“Sebetulnya Asrobi jauh lebih berbahaya daripada Wahabi, sebab Asrobi sering ngaku-ngaku sebagai NU padahal bukan NU, bahkan sangat benci NU. Kalau wahabi jelas sekali bukan NU, mereka terang-terangan menyebut diri mereka sebagai bukan NU dan sering menyerang NU. Maka Asrobi merupakan bahaya laten bagi NU, sedangkan wahabisme-takfirisme merupakan bahaya terbuka. Mari kita berhati-hati, ingatlah selalu alasan berdirinya NU, ya sebagai antitesis aliran wahabi tersebut” pungkas Pendiri sekaligus Presiden pertama Ormas Jong Madura ini.