DPR: Harus Cermat Tentukan Kebijakan Luar Negeri di Tengah Persaingan AS-China

  • Whatsapp

JAKARTA, Beritalima.com– Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Abdul Kharis Al-Masyhari meminta Pemerintah pimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) berhati-hati merumuskan arah kebijakan Luar Negeri Indonesia di tengah perubahan konstalasi politik global.

Posisi Indonesia saat ini tidak cukup ideal dalam menentukan sikap atas pengaruh dua kekuatan besar dunia, yaitu Amerika dan China. “Secara ekonomi, Indonesia sangat dekat dengan China. Tapi secara sosio-kultural, Indonesia sepertinya lebih nyaman bekerjasama dengan AS karena relatif terbuka terhadap keyakinan dan agama apapun,” kata Abdul Kharis.

Itu dia katakan ketika tampil sebagai pembicara kunci di diskusi publik bertema “Pergeseran Persepsi Ancaman Negara Barat (Australia & AS) dan Dampaknya” akhir pekan ini. “Kondisi persaingan pengaruh AS dan China saat ini cukup kuat karena punya strategi dan kemampuan membangun aliansi yang cukup kuat. Karena itu, Indonesia perlu pertimbangan yang cermat dalam merumuskan sikap dan kebijakan terhadap AS dan China.

AS selama ini dikenal mempunyai beberapa negara aliansi yang cukup solid. Sementara perkembangan pengaruh China di beberapa negara juga cukup signifikan sehingga wajar jika kedua negara itu terkesan berlomba memperluas pengaruh di beberapa belahan dunia.

Disebutkan, jika nanti persaingan pengaruh AS dan China ini semakin menguat, Indonesia perlu mengambil langkah definitif. Karena saat ini sangat sulit menempatkan kepentingan Indonesia di dua kekuatan secara bersamaan. “Dalam kondisi ini Indonesia bisa main dua kaki. Kalau hal itu bisa dilakukan sangat menarik. Tapi saya tidak terlalu yakin Indonesia bisa main di dua kaki dan bisa ambil opportunity yang besar.”

Pada kesempatan sama Direktur Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia, Rizal Dharmaputra menjelaskan, saat ini AS kembali fokus membangun kekuatan di beberapa Kawasan strategis. Masa Donald Trump kebijakan Luar Negeri AS melemah, kini pengaruh itu akan kembali dikuatkan Joe Biden melalui kebijakan re-balance.

AS menilai kekuatan dan konsolidasi China menjadi ancaman. Kendalanya, kata Rizal, AS terkesan belum mampu menempatkan ancaman itu dalam suatu definisi yang jelas. “AS masih menggunakan persepsi perang dingin mellihat China. Padahal situasi saat ini sudah sangat berbeda,” ujar Rizal.

Pemerhati Politik Luar Negeri Universitas Binus, M Faisal Karim menilai, perebutan pengaruh AS dan China tidak lepas dari konteks pertarungan pengaruh liberalisasi Barat dengan nasionalisme yang terjadi di beberapa kawasan.

AS menilai perkembangan nasionalisasi beberapa negara di kawasan yang selama ini dikuasai merupakan ancaman dan perlu disikapi. Dalam jangka panjang berkurangnya pengaruh Amerika di negara-negara Kawasan dikhawatirkan akan berdampak pada stabilitas politik global. (akhir)

 

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait