SURABAYA, beritalima.com | Maraknya aksi terorisme saat ini menimbulkan perdebatan seru di media sosial antara kubu NKRI melawan kubu anti NKRI. Kubu anti NKRI selalu mementahkan semua penjelasan Polri, mereka menyebarkan narasi hingga humor politik bahwa rentetan aksi terorisme ini rekayasa Polri belaka.
Terkait gonjang-ganjing di media sosial tersebut, pendiri Komisi Pemberantasan Wahabi Republik Indonesia (KPW RI) Firman Syah Ali yang akrab disapa Cak Firman angkat bicara.
Cak Firman mengingatkan bahwa terorisme di Indonesia merupakan kelompok kebatilan yang terorganisir dengan baik dan rapi, sedang masyarakat anti terorisme cenderung sporadis dan tidak punya gerak langkah bersama yang efektif dan efesien.
“Kelompok teroris di Indonesia terorganisir dengan baik, para jihadis yang ngebom ke sana kemari itu hanyalah petugas lapangan yang tidak seberapa bahaya dibandingkan sistem yang menggerakkan mereka” ungkap Bendahara Umum PW IKA PMII Jatim ini.
Pengurus Harian PW LP Ma’arif NU Jatim ini menjelaskan bahwa organisasi teroris bersifat ekstra rahasia, mirip organisasi mafia. “Organisasi teroris mirip organisasi mafia atau organisasi rahasia lainnya, ada yang bertugas sebagai eksekutor, yaitu tukang bom di lapangan, ada think tank, ada fundraiser, ada investor, ada tim kreatif, ada tim infiltrasi, ada tim media sosial, pokoknya lengkap” lanjut Pendiri dan Ketua Pertama FP3I IPNU/IPPNU Pamekasan ini.
“Jadi kita jangan berpikiran bahwa teroris itu hanya para bomber, teroris itu sangat lengkap mulai perencana, pengarah, pelaksana, pengawas dan sebagainya. Ingat baik-baik, saat ini media sosial adalah lokasi utama para teroris mengembang-biakkan ajaran gilanya. Tatkala teman-temanya ngebom di lapangan, tim media sosial langsung bergerak dengan seribu satu cara untuk memutar-balik fakta, mengaburkan fakta dan sebagainya. Masyarakat harus sadar ini, sebab cara mereka sangat licin, licik dan halus, bahkan seolah-olah mereka pro NKRI dan memang sebagian mereka merupakan aparatur negara, iki wes angel” lanjut pendiri dan Presiden pertama Ormas Jong Madura ini.
Cak Firman menegaskan bahwa yang paling berbahaya dari organisasi teroris adalah tim infiltran, tim media sosial dan simpatisan. “Tim Infiltran bisa saja berseragam PNS, bahkan berseragam aparat keamanan, berteriak hidup NKRI sebagaimana kita, tapi sebetulnya mereka bagian organik dari kelompok teroris. Tim media sosial adalah tim paling bahaya, mereka mencuci otak masyarakat hingga banyak yang tidak percaya kepada pemerintah. Sedangkan simpatisan adalah masyarakat awam yang percaya kepada propagandis teroris terutama di media sosial. Sebetulnya simpatisan ini korban, namun satu digit lagi bisa menjadi bagian dari organisasi rahasia para penganut teologi maut anti kemajemukan itu” pungkas pendiri sekaligus Presiden Partai Rakyat Progresif pada tahun 1996 tersebut.