KEDIRI. Rasa was-was orang tua, sudah pasti wajar dan normal. Kekhawatiran sang orang tuapun sudah pasti tidak lepas dari apa yang akan dijalani sang anak. Masih ditempat yang sama, beberapa orang tua terlihat murah senyum. Nampaknya ada dua wajah yang berseberangan ditempat yang sama. rabu (17/10/2018)
Tidak hanya orang tua, anak-anakpun terpecah menjadi dua kubu, kubu satu berwajah ceria dan sumringah, kubu lainnya terlihat ekspresi ketakutan. Wajah ceria bercampur ketakutan, terlihat dibarisan ruang tunggu bhakti sosial khitanan massal.
Kepolosan tingkah laku anak-anak yang mayoritas masih duduk dibangku sekolah level SD ini, tidak hanya menjadi sorot perhatian sang dokter, tetapi tekad mereka yang kuat untuk memberanikan diri masuk dalam daftar khitanan massal, membuat sang dokter mengeluarkan statetment yang bertanggung jawab.
Sebagaimana diutarakan dr. Nur Kholis dari Unisma, ia menjamin setiap anak yang menjalani khitanan massal akan tidak merasakan sama sekali rasa sakit atau nyeri. Ia memastikan, anak-anak tersebut tidak bakalan menangis atau kesakitan saat operasi khitan berlangsung.
“Saya jamin 100%, anak-anak tidak akan merasakan sakit saat kita operasi. Kalau ada rasa, rasanya cuma seperti digigit semut, tidak lebih dari itu. Kita tahu apa yang kita lakukan dan kita tahu harus bagaimana menghadapi anak-anak ini. Saya pribadi, sudah bertahun-tahun menangani ini, tidak cuma sekali, sudah banyak,” kata dr.Nur Kholis.
Statement sang dokter ini ternyata tidak sekedar omong kosong, tetapi terbukti kebenarannya. Hal ini dikuatkan dari penuturan salah satu anak, Ivan Irawan Wibisono, usia 11 tahun, berdomisili di Desa Mojo, putra bapak Imam Wibisono, Ivan merasakan tidak sakit sama sekali, walaupun sedikit agak berasa saat operasi khitan yang ditangani langsung dr.Nur Khlolis. “Tidak sakit, tapi agak terasa, tapi tidak sakit,” ujar Ivan.
Kalimat pendek yang diucapkan Ivan, sudah pasti dapat dipercaya kebenarannya, karena ia salah satu anak yang sudah menjalani operasi khitan ini. Selain itu, penuturan apa adanya Ivan, dipastikan bisa menjadi bukti dari kebenaran statement sang dokter.
Operasi dijalankan dengan peralatan dan perlengkapan yang modern. Kedua dokter, dr.Reza Hakim selaku penanggung jawab dan dr.Nur Kholis, berkomitmen melakukan operasi secara profesional serta sesuai dengan kelimuan medis yang dimilikinya.
“Kita melakukan secara profesional. Dari sisi keilmuan, apa yang kita lakukan sudah sesuai prosedur, dan sebelumnya kita meyakinkan orang tua si anak untuk mempercayakan teknik medis kepada kita,” kata dr.Reza Hakim.
Bhakti sosial khitanan massal gratis ini bisa dilaksanakan hasil kerjasama Unisma (Universitas Islam Malang) dengan Kodim 0809/Kediri diadakan di balai Desa Blimbing, Kecamatan Mojo, dan Bhakti sosial ini merupakan bagian dari rentetan agenda TMMD 103 di Kediri. (dodik)