JAKARTA, Beritalima.com– Politisi muda Partai Golkar, Christina Aryani mengakui selama ini banyak sorotan terhadap peran Badan Legislasi (Baleg) karena dianggap kurang produktif.
“Kalau kita punya banyak produk tetapi produk berakhir di uji materi di Mahkamah Konstitusi (MK). “Pertanyaannya selalu kwantistas atau kwalitas. Kalau boleh memilih, tentu kwalitas,” umgkap Aryani dalam Forum Legislasi di Press Room DPR RI Gedung Nusantara III Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (5/11).
Dikatakan, kalau DPR RI banyak produk legislasi tetapi berujung di uji materi di MK, itu jelas tidak baugus dan pasti ada yang salah dari produk legislasi itu. “Kita harus punya acuan dan lebih realistis saat menyusunnya,” kata anggota Baleg DPR RI 2019-2024 itu.
Menurut Wakil Rakyat dari Dapil II Provinsi DKI Jakarta itu, pihaknya sudah bisa melihat mana yang moderat dan mana pula yang optimis.
Untungnya yang kemarin ini diaman bang Willy juaga di Pimpinan “Sekarang kita mencoba lebih realistis,” kata dia.
Ke depan, setiap komisi akan membahas dua atau tiga RUU dalam satu tahun. Kalua ada 11 Komisi dan diperkirakan ada 110 RUU. “Ini lebih bagus periode kemarin yang hanya menyelesaikan 89 RUU. Dan itu juga tidak semuanya RUU prioritas,” demikian Christina Aryani (akhir)