Cinta Pada Tanah Air Tak Akan Menghalangi Akidah

  • Whatsapp

YOGYAKARTA, Satu di antara kehebatan negeri kita adalah tidak mengamalkan demokrasi mutlak ala Barat,melainkan demokrasi yang juga dirumuskan oleh para ulama kita, yaitu Demokrasi Pancasila.

Artinya, negara kita mempertahankan nilai-nilai keagamaan, meskipun tidak menyatakansebagai darul Islam atau negara Islam. “Hal itu terlihat dari produk undang-undang yang kita miliki. Ada undang-undang zakat, undang-undang pernikahan, undang-undang pesantren, dan lain sebagainya. Undang-undang tersebuttidak lain diadopsi dari nilai-nilai agama kita. Maka tidak ada alasan untuk menolak 4 Pilar yangsedang kita bicarakan ini.

Dan cinta pada tanah air yang telah memfasilitasi kebutuhankeberagamaan kita, tidak akan menghalangi akidah kita,” kata Senator dari Yogyakarta, Dr. H.Hilmy Muhammad, M.A. dalam acara Sosialisasi 4 Pilar MPR RI di Institute Ilmu al-Qur’an (IIQ) AnNur, Ngrukem, Pendowoharjo, Sewon, Bantul pada Sabtu siang (08/02/2020).Empat Pilar yang dimaksud itu adalah Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, Undang-Undang Negera Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai konstitusi Negara serta Ketetapan MPR,Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai bentuk negara, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagaisemboyan negara.Hadir pula sebagai pembicara adalah K.H. Yasin Nawawi (Ketua Yayasan IIQ An Nur sekaligusPengasuh Pondok Pesantren An Nur), Drs. K.H. Heri Kuswanto, M.si. (Rektor IIQ An Nur), Dr.Ahmad Salehudin, M.A. (Dosen Usuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta).

Proses diskusi dipanduoleh Ustadz H. M. Ihsanuddin, M.Si. (Dekan Fakultas Usuluddin IIQ An Nur).K.H. Yasin Nawawi menyampaikan bahwa prinsip kehidupan berbangsa dan bernegara, kitamemiliki tiga ukhuwah. Jika ketiganya dijalankan, memungkinkan negara kita dalam kondisiaman dan damai.“Ketiganya adalah ukhuwah wathaniyah, ukhuwah islamiyah, ukhuwah basyariyah. Kalauukhuwah ini berjalan dengan baik, yang lain akan mengikuti,” kata pengasuh Pondok PesantrenAn Nur tersebut.Meski demikian, perjalanan bangsa ini menuju bangsa yang maju dalam berbagai bidang tidaksepi dari tantangan. Tidak hanya datang dari luar, tantangan juga ada di dalam negeri sendiri.Berbagai tantangan inilah yang kemudian banyak menjadi bahan diskusi.

“Tradisi-tradisi yang sudah ada, bahkan sangat mencerminkan nilai-nilai Pancasila, dibid’ah-bid’ahkan. Seperti kenduri, selamatan, dan lain sebagainya. Tradisi itu sudah ada sejak dulu dansudah mengalami berbagai akulturasi sehingga diterima masyarakat. Lha kok sekarangdiganggu. Ini akibat dari munculnya paham-paham dari luar dan pemahaman masyarakat yangtidak mendalam,” ujar Rektor IIQ An Nur, Heri Kuswanto.Menyikapi hal tersebut, dosen Fakultas Usuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, AhmadSalehudin, mengusulkan dua hal, yaitu perkuat silaturahmi dan internalisasi nilai-nilai Pancasila.“Kita ini terdiri dari berbagai suku dan bangsa. Kita diciptakan berbeda-beda agar kita dapatsaling mengenal. Dengan memperkuat silaturahim, kita dapat mengikis perbedaan danperdebatan.

Demikian pula dengan nilai-nilai Pancasila, harus kita aplikasikan dalam kehidupansehari-hari. Dan bagi santri, Pancasila sudah mendarahdaging karena perumusnya adalah jugapendahulu kita. Maka bagi santri, Pancasila hanya perlu dikobarkan lagi,” katanya.Segala perbedaan dan rintangan tersebut, bagi senator yang akrab disapa Gus Hilmy, merupakanproses dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. “Justru di situlah kita bisa menunjukkan peran. Kita harus menjadi bagian dalam proses tersebut.Tanpa adanya perbedaan dan perdebatan, kita tidak akan semakin dewasa.

Kita bisa belajar darinegara-negara lain yang menyatakan negara Islam tapi masih gagal dalam merumuskan falsafahbangsa sehingga terjadi perang saudara. Maka kita patut bersyukur berada di dalam NegaraKesatuan Republik Indonesia,” jelas Gus Hilmy.

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait