Ciptakan Permainan Happy Patch, Tim Psikologi UNAIR Raih Juara 2 Desain Intervensi Nasional

  • Whatsapp

SURABAYA, Beritalima.com|
Proses pembelajaran jarak jauh seringkali membuat pelajar malas untuk belajar dan mengikuti kelas akibat suasana lingkungan rumah yang tidak mendukung.
Permasalahan tersebut mendorong lima mahasiswa Fakultas Psikologi (FPsi) Universitas Airlangga (UNAIR) untuk menciptakan permainan Happy Patch bagi pelajar sekolah dasar (SD). Inovasi tersebut berhasil membawa tim mereka meraih juara 2 dalam kompetisi desain intervensi nasional Psychedelic, Universitas Udayana.

Tim itu sendiri beranggotakan Devina Octa, Amithya Nafisah, Septa Ayu, Shania Albar, serta Ersa Pawitrasari. Dalam wawancara bersama UNAIR News, Devina selaku ketua mengungkapkan bahwa awalnya mereka hanya ingin mengisi waktu luang di tengah pandemi dengan sesuatu yang bermanfaat.

“Ide permainan tersebut muncul akibat fenomena permasalahan psikologis seperti kejenuhan, kebosanan, serta keterbatasan sosialisasi pelajar SD yang membuat produktivitas serta semangat menurun,” tutur Devina.

Maka Happy Patch pun diciptakan dalam bentuk permainan yang dapat dimainkan bersama keluarga. Tidak hanya untuk menghibur, namun tujuan utama dari permainan itu juga untuk meningkatkan minat belajar siswa karena kontennya berisi materi-materi pelajaran.

Happy Patch sendiri terinspirasi dari permainan ular tangga yang terdiri dari satu set papan permainan, buku panduan, pion, papan evaluasi, serta kartu tantangan. Mereka yang mendapat kartu tantangan harus menjawab soal-soal terkait pelajaran. Selain itu, permainan ini juga memberikan mekanisme evaluasi yang mampu menilai seberapa berhasil intervensi yang telah dilakukan.

“Tujuannya agar learning engagement anak sekolah bisa meningkat, serta tentunya meningkatkan komunikasi dan sosialisasi dengan lawan main atau keluarga,” ungkap Amithya, salah satu anggota tim.

Dalam prosesnya, Devina dan tim menghadapi beberapa tantangan khususnya pada teknis pelaksanaan lomba serta proses penciptaan desain intervensi. Kompetisi Psychedelic yang digelar pada Minggu (15/11/2020) sendiri digelar secara daring baik pada proses seleksi maupun presentasi akhir. Devina dan tim pun sempat mengalami gangguan selama presentasi final akibat sinyal wifi yang harus dibagi untuk lima orang.

“Selain itu, kami berasal dari empat kota yang berbeda-beda. Untuk membuat maket permainan kami harus bertemu dan mengerjakannya bersama di Surabaya. Jadi persiapannya agak ribet dan mepet, apalagi di tengah situasi pandemi,” imbuhnya.

Namun melalui kerja keras dan bimbingan dari dosen psikologi UNAIR Rudi Cahyono, M.Psi, Psikolog, mereka akhirnya berhasil meraih juara 2 mengalahkan peserta nasional lain. Mereka sendiri berharap mahasiswa mampu tetap berkarya dan berinovasi meski dalam situasi pandemi.
“Jangan menjadikan keadaan sebagai keterbatasan. Tapi jadikan itu sebagai sebuah kesempatan untuk terus berkarya,” tutupnya.(yul)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait