Dampak Revolusi Industri 4.0 Dalam Perancangan Kesiapan Sistem Pertahanan

  • Whatsapp

Oleh : Dede Farhan Aulawi

Kesiapan militer untuk bergerak kapan saja sesuai perintah merupakan jargon standar di semua instansi militer dimanapun di dunia ini. Semua memang harus siap bergerak, baik angkatan darat, angkatan laut maupun angkatan udaranya dengan kekuatan penuh dan persenjataan lengkap. Persoalannya ketika bicara anggaran yang terbatas, sementara kebutuhan hampir selalu meningkat dari tahun ke tahun, maka merumuskan konsep kesiapan militer yang kuat dan efisien menjadi sebuah tantangan mendasar. Ini kata kunci dari pemanfaatan era revolusi industri 4.0 dalam mendukung kesiapsiagaan militer di masa depan. Jadi kata kuncinya adalah “SIAP dan EFISIEN”.

Para pemimpin militer di seluruh dunia sering melakukan evaluasi terkait kesiapan militer dalam konteks pertahanan negaranya masing – masing. Mereka ingin memastikan bahwa sistem pertahanan darat, laut dan udaranya mampu menangkal setiap serangan yang mungkin masuk ke negaranya. Oleh karena itu menakar kekuatan seringkali dimanifestasikan dalam perlombaan alokasi anggaran militer (pertahanan) dalam APBN masing – masing negara. Menteri Pertahanan AS Jim Mattis telah menjadikan kesiapsiagaan sebagai prioritas. Di Atlantik para pemimpin pertahanan Atlantik, Inggris, Jerman, dan Prancis juga merumuskan rencana untuk meningkatkan ketersediaan pesawat tempur, kendaraan darat, kapal, dan personel yang rendah.

Namun demikian perubahan tatanan startegi saat ini sedang berlangsung, dimana dunia mencari rumusan yang pas untuk memaksimalkan nilai setiap dolar dalam anggarannya. Tampak sudah saatnya semua negara membingkai ulang terminologi kesiapan dengan lensa baru yang memanfaatkan teknologi, ilmu komputasi, dan kemampuan kecerdasan buatan (AI) dalam setiap rumusan operasinya.

Kesiapan dapat menginspirasi banyak pendapat. Kesiapan telah dikonseptualisasikan sebagai operasional (ukuran unit-level) dan organisasi (perspektif strategis). Konsep spektrum kesiapan penuh merekonsiliasi keduanya, yaitu dengan menggabungkan kedua lensa kesiapan operasional dan strategis ke dalam pandangan yang komprehensif. Pada tingkat tersempit, kesiapan adalah pelatihan dan kesehatan suatu unit dan status pemeliharaan peralatannya. Pada tingkat yang paling luas, kesiapan adalah “kemampuan pasukan militer untuk melawan dan memenuhi tuntutan misi yang ditugaskan.” Spektrum kesiapan mencakup dari titik yang paling sempit sampai ke titik yang paling luas, mendukung para pembuat keputusan tidak hanya dengan pandangan tingkat tinggi yang diperlukan untuk keputusan strategis, tetapi juga detail yang diperlukan untuk melakukan perbaikan taktis. Memikirkan spektrum kesiapan penuh ini memicu serangkaian pertanyaan penting : Siap untuk apa? Siap kapan? Siap dengan kombinasi kekuatan apa?

Untuk membantu menyederhanakan masalah, pertanyaan inti ini dapat dipecah menjadi tiga pertanyaan yang harus dipahami oleh pembuat keputusan, yaitu (1) Kemampuan apa yang dibutuhkan untuk misi yang diharapkan?, (2) Apa status kemampuan itu? Bagaimana keadaan personil saat ini, sistem senjata, dan infrastruktur pendukung yang diperlukan untuk pelaksanaan misi?, dan (3) Bagaimana cara mengalokasikan setiap dolar berikutnya untuk meningkatkan kemampuan itu? Bagaimana seharusnya militer berinvestasi dalam pemeliharaan, modernisasi, atau pelatihan untuk mewujudkan peningkatan sebanyak mungkin per dolar?

Selanjutnya mungkin timbul pertanyaan, apa yang dimaksud dengan Industri 4.0 ? Konsep Industry 4.0 memperluas konektivitas digital ke dunia fisik. Teknologi Industry 4.0 menggabungkan informasi digital dari berbagai sumber dan lokasi fisik dan digital, termasuk Internet of Things (IoT) dan analitik, manufaktur aditif, robot, komputasi kinerja tinggi, kecerdasan buatan dan teknologi kognitif. Sumber data ini datang bersama-sama untuk meningkatkan operasi dalam siklus berkelanjutan yang dikenal sebagai loop fisik-ke-digital-ke-fisik. Jadi revolusi industri keempat ini akan embawa dampak banyak sekali terhadap sistem dan strategi pertahanan. Persenjataan yang cerdas terus dikembangkan sehingga sangat dimungkinkan jumlah personil bisa berkurang.

beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *