SITUBONDO, beritalima.com — Keluarga 10 siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) 3 Campoan Desa Campoan, Kecamatan Mlandingan Kabupaten Situbondo Jawa Timur mengeluhkan adanya pemotongan sebesar Rp 350 rb untuk dana Kartu Indonesia Pintar (KIP) yang dilakukan oleh Kepala Sekolah SDN 3.
Salah satu warga Romli (40) warga dusun Gunung malang nangkaan desa Campoan Kecamatan Mlandingan yang di dampingi Edi Susanto ketua DPC LSM Badan Peneletiaan Aset Negara Aliansi Indinesia ( BPAN-AI ) yang mewakili ke10 orang tua siswa mengaku, harusnya siswa menerima Rp 450 ribu tetapi, sekolah memotong Rp 345 ribu dengan alasan otonomi sekolah mau di belikan seragam maupun sepatu bagi siswa lain.
“Pak Abdi bendahara sekolah bilang ke kami kalau putra putri kami menerima bantuan KIP Rp 450 ribu, tapi kami disuruh tanda tangan tapi yang kami terima nanti Rp 100 rb, untuk apa uang potongan itu untuk apa,”Keluh Romli.
Sedangkan salah satu orang tua siswa lainnya Komariah (31) yang memiliki anak kelas 2 di SD ini mengakui pemotongan ini ikut membenarkan pemotongan tersebut dan dirinya hanya di minta menerima uang Rp 100 rb dan tidak tahu uang sisanya itu dipotong buat apa.
Sementara itu Edi Susanto ketua DPC LSM BPAN-AI Program yang saat ini bernama Program Indonesia Pintar dengan menggunakan Kartu Indonesia Pintar (KIP) merupakan lanjutan dari BSM. Sebelumnya, dana dari pusat ini juga dicairkan siswa penerima di Bank yang ditunjuk namun tahun ini pihak Bank sendiri yang langsung mengantarkan ke sekolah.
“Apapun caranya apapun kemasannya, tapi pemotongan seperti tetap dan tidak dibenarkan salah, dan kami sebagai penerima keluhan masyarakat akan mengawal kasus ini. karena ini pungli ” beber Edi.
Dimintai tanggapan soal keluhan ini, Kepala Sekolah SDN 3 Campoan tidak berada di tempat, Abdi Rasa, S Ag yang juga guru Agama saat di mintai tanggapan soal keluhan orang tua siswa mengakui adanya pemotongan tersebut. Menurutnya, pemotongan dilakukan berdasarkan kesepakatan orang tua murid dengan pihak komite sekolah saat digelar rapat bersama, pihak sekolah beralasan pemotongan tersebut beli seragam dan sudah kesepakatan antara pihak sekolah dan para wali murid.
“Itu bukan pemotongan tetapi sudah kesepatan bersama, dan uang itu masih kurang untuk belikan seragam dan masih kami ambilkan dari dana BOS Rp 4,5 juta ,” jelas Abdi di ruang Kepsek, Selasa (25/10).
Namun saat ditanya tentang berita acara tentang persetujuan antara pihak sekolah dan orang tua siswa pihak sekolah mengaku belum sempat bikin dan hanya bikin notulen.
(**/JOE)