Komandan Pangkalan Utama TNI AL V (Danlantamal V) Laksamana Pertama tNI Edi Sucipto, S. E., M. M. melaksanakan sholat Idul Adha 1438 H dan serahkan hewan kurban di Lapangan Yos Sudarso Mako Lantamal V, Surabaya, Jumat (1/9).
Tampak hadir mendampingi Komandan Lantamal V, Ketua Korcab V DJAT Ny. Herniwati Edi Sucipto, Wadan Lantamal V Kolonel Marinir Nana Rukmana, S. E, para Asisten Danlantamal V, para Kasatker dan Kadis Lantamal V serta jamaah komplek di sekitar Mako Lantamal V lainnya.
Usai melaksanakan sholat Id Adha yang diimami dan khotib Letkol Laut (KH) Ali Wardoyo, S. Ag, Danlantamal V menyerahkan hewan kurban secara simbolik satu ekor sapi kepada Ketua Panitia Idul Adha Lantamal V Letkol Laut (KH) Sri Hartono di halaman Mesjid At-Taqwa Mako Lantamal V Jl. Laksda M. Nazir no. 56 Surabaya.
Adapun hewan kurban yang diterima panitia Mako Lantamal V sebanyak 13 ekor sapi dan 24 ekor kambing yang berasal dari Mako Lantamal V 4 sapi dan 11 kambing, sedangkan dari jamaah pengajian mesjid At Taqwa berupa 8 sapi dan 13 kambing.
Menurut khotib dalam uraian khikmah Idul Adha mengatakan pada peristiwa idul Adha ini telah terjadi hal yang luar biasa, sebuah keimanan dan ketaqwaan serta kemantapan hati yang tidak akan kita temui di zaman sekarang, yakni ketulusan Ibrahim AS untuk menjalankan perintah Rob-nya untuk menyembelih putra kesayangan yang selama ini dirimdukan, namun apakah Ismail jadi disembelih? Tentu saja tidak.
Allah hanya ingin memperlihatkan kepada para malaikat bahwa gelar al-khalil yang diberikan kepada Ibrahim bukanlah tanpa alasan.Maka kemudian proses penyembelihan itu diganti oleh Allah dengan seekor domba yang dagingnya dibagikan kepada fakir miskin. Inilah yang kemudian menjadi sejarah lahirnya idul nahr atau hari raya kurban dan kita mengenalnya sebagai idul adha.
Menurut Ali -sapaan akrab Pamen Mslati dua diboundak ini- ada beberapa hikmah yang bisa dijadikan pelajaran penting dari sejarah idul adha ini, yaitu pertama Keimanan. Manusia yang memiliki keteguhan iman seperti Ibrahim tidak akan tergoda dengan keberlimpahan harta maupun kedudukan yang menjadi karunia Tuhan. Lihatlah bagaimana Ibrahim bahkan rela mengorbankan harta yang paling berharga dalam hidupnya, yaitu anaknya Ismail, semata-mata karena ketaatan dan keimanan yang tinggi kepada Allah.
“Mampukah kita memiliki daya keimanan yang kuat seperti itu? Saya kira hanya diri anda yang mampu menjawabnya. Anda tentu saja tak harus mengorbankan anak atau apapun. Karena inti dari pelajaran yang ingin diberikan Ibrahim adalah bahwa keimanan tidak bisa ditawar apalagi ditukar dengan harta benda dan segala atribut yang sifatnya hanyalah sementara,” terangnya.
Kedua, lanjutnya adalah Ketaqwaan. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran bahwa yang dimaksud dengan taqwa adalah meyakini akan keberadaan sesuatu yang gaib. Meyakini tidaklah sekedar dalam hati, melainkan dengan lisan dan perbuatan juga. Inilah ketaqwaan yang ditunjukan Ismail.
“Ismail begitu ridha, bahwa jika itu memang perintah Tuhan, maka beliau siapa menerima bahkan jika nyawa yang menjadi taruhannya,” pungkasnya.