JOMBANG, beritalima.com – Kepala Desa Rejoagung, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang Imam Syafi’i menghindar ketika hendak ditemui wartawan terkait pembangunan jembatan penyeberangan fly over. Pasalnya ketika wartawan beritalima.com hendak menemui yang bersangkutan, pada Sabtu (1/9/2018) ternyata hanya ditemui istrinya di kediamannya. Berhubung bukan hari kerja, dipastikan di kantor desanya tidak mengantor.
Pembangunan jembatan penyeberangan yang membelah dua desa dari dua kecamatan tersebut, baru sebagian yang sudah mendapatkan ganti rugi, yaitu warga yang tinggal di Desa Bedahlawak, Kecamatan Tembelang. Sedangkan Desa Rejoagun baru sebagian yang telah mendapat ganti rugi. Bahkan dalam ganti rugi itu ada yang dapat Rp2 miliar karena tergantung keberadaan letak tanah yang akan dibayar.
Sampai berita diturunkan, pihak terkait belum bisa menjelaskan berapa bidang tanah yang terkena pembebasan untuk pembangunan fly over jembatan penyebarangan. Ironis saat pertemuan kunjungan Komisi C dan D DPRD Provinsi Jawa Timur, dihadapan UPT Bina Marga Provinsi Jawa Timur dan pihak terkait termasuk para konsorsium dan organisasi pengusaha, Rabu (29/8/2018) di Hotel Yusro beberapa hari lalu. Hanya membahas kajian rencana pembangunan fly over jembatan penyeberangan.
“Perlu dipandang strategis untuk mengurai kemacetan lalu lintas, dipersilahkan untuk melakukan kajiannya seperti apa,” tandasnya.
Lebih lanjut terkait hal ini, crew beritalima.com mencoba menggali informasi dari bawah seperti apa, ternyata budaya primitif jaman purba masih menempel Kepala Desa Rejoagung, kendati istrinya memberi nomor yang bisa dihubungi ternyata tidak bisa dihubungi berkali – kali. Namun ketika istrinya sendiri yang menelpon suaminya melalui telepon selulernya langsung diangkat dan bisa berkomunikasi, entah apa yang dibicarakan. Yang pasti usai menelpon suaminya langsung memoto wartawan media ini untuk kepentingan yang belum diketahui. dedy mulyadi