beritalima.com | Aku bangga lahir dari rahim seorang ibu yang supportif dan pekerja keras. Didikannya membuat kepribadianku terbentuk menjadi orang yang mandiri. Ibu selalu memberi kebebasan terhadap anak anaknya untuk memilih apa yang anaknya inginkan. Seperti memilih untuk melanjutkan pendidikan
Ketika aku lulus SMA tentunya aku menginginkan untuk lanjut kuliah di perguruan tinggi negeri. Aku mendaftarkan diri melalui jalur SNMPTN, SBMPTN, dan tes mandiri. Dari ke tiga jalur tersebut, tidak satu pun aku berhasil lolos. Perasaanku sangat hancur ketika PTN yang aku pilih menolakku.
Aku merasa gagal untuk membuat ibu bangga, aku yakin ibu kecewa. Saat aku memberi tahu kabar buruk ini kepadanya, ternyata dugaanku salah. Ia sama sekali tidak marah, tidak memojokkanku. Justru ia memberikanku semangat, ia berusaha menenangkanku disaat aku terpuruk. Dibalik itu semua aku yakin ibu merasa sedih terhadap kegagalanku, namun ia tetap memberikan energi positifnya kepadaku.
“Mungkin ini belum rezeki. Kamu ga perlu putus asa, masih ada perguruan tinggi swasta yang menerima kamu. Kesuksesan bisa datang dari mana saja, tidak terkecuali universitas swasta,” kata ibu yang terus menenangkanku. Aku sangat tertampar mendengar perkataannya.
Sebelumnya aku sudah mencari beberapa perguruan tinggi swasta (pts) sebagai cadangan jika tidak diterima di perguruan tinggi negeri, namun saat melihat biayanya yang lumayan besar aku memikirkannya lagi. Aku mempunyai seorang kakak yang masih kuliah di salah satu universitas negeri di Jakarta dan 2 orang adik yang masih bersekolah, mereka masih membutuhkan biaya yang cukup banyak. Rasanya berat jika aku tetap kuliah di pts. Setelah aku pikirkan lagi, aku tidak mengambil tawaran dari ibuku untuk melanjutkan kuliah di kampus swasta. Aku tidak menceritkan alasanku menolak kuliah di pts kepada ibu karena aku tidak ingin ibu khawatir. Akhirnya aku bilang kepada ibu untuk gap year ditahun pertama aku lulus SMA.
Selama masa gap year tentunya aku mempersiapkan diri untuk tes masuk ptn tahun berikutnya. Rasa bosan menghampiri diriku selama di rumah saja. Selain belajar, aku tidak ingin waktuku terbuang dengan sia sia. Aku ingin mempunyai kegiatan lain yang bermanfaat, akhirnya aku memutuskan untuk bekerja. Namun aku bingung dan takut karena aku baru lulus SMA, apakah mudah mencari pekerjaan untuk orang yang baru lulus SMA?
Aku berkonsultasi kepada ibuku tentang keinginanku yang tiba tiba ingin bekerja untuk sementara waktu, lagi lagi jawabannya menenangkanku. Ibu berkata tidak perlu khawatir, semua rencana sudah diatur olehNya kita hanya perlu berdoa saja. Ibu mendukung keputusanku untuk bekerja lalu aku segera mencari info lowongan pekerjaan. Aku tau ibu selalu berdoa untuk kebaikan anaknya. Termasuk dalam hal pekerjaan ini, beberapa hari setelah aku mencari info tentang pekerjaan, aku mendapat jawaban dengan cepat, aku diterima bekerja. Aku percaya kemudahanku ini berkat dari doa doa ibuku yang ia lontarkan selepas solat malam.
Walaupun saat itu aku sudah bekerja dan nyaman dengan pekerjaan tersebut, namun aku tetap komitmen dengan tujuan awalku. Tujuanku gap year agar dapat mengukuti tes masuk ptn ditahun ke 2 lulus SMA, jika lolos aku akan meninggalkan pekerjaanku, jika tidak lolos aku tetap bekerja.
Hari semakin dekat dengan beberapa tes yang diselenggarakan oleh beberapa ptn. Saat itu aku hanya memilih Politeknik Negeri Jakarta sebagai kampus tujuanku. Ibu memintaku untuk mengikuti tes di ptn lain, namun aku menolaknya. Jadi, harapan aku satu satunya adalah PNJ.
Aku memilih program studi penerbitan/jurnalistik saat mengikuti tes tulis tersebut.
Ketika mengerjakannya aku ingat dengan pesan ibuku sebelum aku berangkat ujian, “lakukan yang terbaik, apapun hasilnya kamu harus terima, tidak boleh patah semangat.” Saat pengumuman tiba perasaanku semakin kacau, aku takut ditolak lagi dan mengecewakan ibu. Aku memberanikan diri untuk membuka website pengumuman dari PNJ, dengan langkah yang berat akhirnya aku melihat pengumuman tersebut.
Aku lolos, iya benar aku tidak salah lihat, aku lolos tes di PNJ dengan program studi Jurnalistik. Tangis bahagia akhirnya ku rasakan setelah penantian dan perjuangan yang lumayan panjang. Ibu, terima kasih selalu mendoakanku, selalu mengajarkanku menjadi orang yang tidak putus asa. Semua berjalan lancar seperti apa yang ibu katakan. Semoga kebaikan selalu datang kepadamu.
(Zahra Azria)