MADIUN, beritalima.com- Warga Desa Ngrawan, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, sejak Oktober lalu mulai mengumpulkan berbagai benda arkeologi peninggalan kadipaten Ngurawan di rumah warga setempat, Suwanto. Hal ini dilakukan, agar benda bersejarah tersebut tidak hilang.
Benda tersebut kini disimpan di dalad bangunan berukuran 8×8 meter dalam sebuah estalase. Rumah joglo yang semula hanyalah gudang, saat ini sudah bersih dari berbagai barang kecuali batu dan macam-macam serpihan gerabah kuno yang ditemukan warga. Ada batu bata kuno, batu sesajen, umpak, patung-patung yang tidak utuh hingga potongan-potongan ornamen bangunan.
“Warga tidak ingin temuan yang ada malah hilang tidak karuan. Karena itu kita kumpulkan di sini,” kata Gatot, warga Desa Ngurawan, Kamis 17 November 2016.
Dari hari ke hari, ada saja warga yang menyerahkan benda-benda arkeologis temuan mereka. Mulai dari pecahan kendi sampai batu-batu berbentuk unik.
“Sebagian besar memang temuan di kebun belakang rumah saya. Banyaknya hampir satu karung. Makanya sekarang bisa dipajang agar bisa dilihat orang,” tambah Gatot yang rumahnya bersebelahan dengan rumah Suwanto.
Menurutnya lagi, pembuatan Rumah Pelestarian dan Penyelamatan Benda Arkeologi telah menjadi kebutuhan bagi warga Ngrawan karena temuan warga terus bertambah. Suatu waktu ada serpihan di sebelah sana, di waktu lain ada temuan di sebelah yang lain.
“Kan tidak mungkin disimpan dalam karung. Sementara dari pemerintah, entah kabupaten atau provinsi atau pusat, belum ada kebijakan membuat bangunan untuk temuan warga, ya kita buat sendiri. Swadaya. Jadi museum mini lah,” tambahnya.
Minimnya dana membuat ‘museum mini’ di Situs Ngurawan ini berbeda jauh dengan museum pada umumnya. Suhu di dalam bangunan bisa berubah cukup panas di siang hari. Belum cukup nyaman bagi pengunjung seperti di museum pada umumnya yang telah ber-AC.
Meski begitu, jumlah pengunjung museum tersebut sudah mencapai ratusan orang. Tiap hari, ada saja warga yang datang untuk menyaksikan benda yang ditemukan warga sekitar. Bahkan, beberapa pengunjung berasal dari luar Jawa Timur seperti yang tercatat di buku tamu Rumah Pelestarian dan Penyelamatan Benda Arkeologi Desa Ngrawan.
“Dulu sering ada pencurian, biasanya untuk dijual ke kolektor. Dengan adanya hal seperti ini kita yakin lebih aman,” ungkap Pemerhati Arkeologi Madiun, Antok Kartiko alias Antok Purba.
Menurut Antok, keberadaan museum mini juga melengkapi keberadaan Situs Ngurawan yang telah mengalami beberapa kali penggalian.
“Sejak lebih dari 15 tahun terakhir orang-orang mendengar di sini ada situs arkeologi dan sudah ada penelitian. Lalu, lokasi di sini sudah jadi destinasi wisata. Tapi apa yang dilihat? Nah, museum mini inilah yang akhirnya bisa dilihat,” lanjut Antok.
Pembuatan museum mini ini agar berbagai tinggalan sejarah yang ada tidak tercecer. Harapannya, ada benang merah sejarah yang bisa ditelurusi dari berbagai temuan yang ada. Sebab kemungkinan cikal bakal warga Ngrawan adalah orang-orang yang dahulu hidup dengan menggunakan berbagai gerabah yang tingal serpihan, batu sesaji yang tinggal bagian berlubangnya dan hidup di dalam rumah yang kini tinggal umpaknya saja.
“Kalau memang ada sejarahnya biar bisa disusun dengan baik. Seperti apa nenek moyang kami mungkin bisa tergambar. Paling tidak kita bisa tahu sebenarnya Ngurawan di zaman dulu seperti apa, siapa rajanya, bagian dari kerajaan yang mana atau mungkin bagaimana perannya dalam perkembangan sejarah kerajaan-kerajaan di nusantara ini,” pungkas Antok. (Dibyo)