Hal tersebut dikemukakan Ketua Umum Dewan Pembina Asosiasi Peani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Pusat, Arum Sabil, pada media ini di Surabaya, Rabu (29/6/2016) petang.
“Otomatis, kalau harga tinggi, walaupun dalam kondisi iklim basah, petani tetap bersemangat untuk mengembangkan tanaman tebu,” kata Arum disamping Dirut PTPN XI, Dolly Pulungan.
Bahkan, karena begitu semangatnya, petani tidak hanya menanam tebu di lahan pribadi, tapi juga mengembangkannya dengan cara sewa lahan, kata Arum.
“Kalau dulu hanya PG (Pabrik Gula) yang berani sewa lahan, sekarang petani juga berani menyewa. Apalagi saat ini PTPN XI juga telah mempersiapkan baik sarana maupun prasarana untuk tanam tebu, seperti pendanaan,” ujarnya meyakinkan.
Direktur SDM dan Umum PTPN XI, M Cholidi, mengatakan, saat ini managemen PTPN XI telah menetapkan skema pembiayaan bagi petani yang ingin menggarap lahan tebu.
Skema pendanaan itu diantaranya berupa kredit untuk sewa lahan, yang diperkirakan mencapai Rp 15 juta hingga Rp 20 juta per hektar, dan biaya pemeliharaan kebun sebesar Rp 15 juta per hektar. Selain itu, juga ada kredit untuk biaya garap dan sewa traktor.
“Sudah ada skema pembiayaannya, untuk biaya garap, sewa ataupun traktor. Intinya, kami berupaya membantu petani demi peningkatan produksi gula nasional,” tandas Cholidi. (Ganefo)
Kiri ke kanan: Direktur SDM dan Umum PTPN XI, M Cholidi, Dirut PTPN XI, Dolly Pulungan, dan Ketua Umum Dewan Pembina APTRI Pusat, Arum Sabil.