SURABAYA, beritalima.com | Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak menerima audiensi Aliansi Ulama Madura (Auma) di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Jumat (9/9) malam.
Dalam kesempatan tersebut, dirinya mendengarkan aspirasi yang disampaikan para ulama, masyayikh, dan kyai yang berjumlah 12 orang tersebut seputar isu-isu terhangat yang terjadi di masyarakat.
Tercatat, ada empat isu terkini yang disampaikan oleh Auma. Di antaranya adalah penemuan kembali masjid di sekitar Surapringgo yang pada tahun 1750 dihancurkan oleh Belanda. Surapringgo itu sendiri kini menjadi Tugu Pahlawan.
Di mana, saat masyarakat berusaha mempertahankan keberadaan masjid tersebut, seorang kyai bernama Badrudin gugur tertembak. Kini, makam pejuang yang dipanggil dengan Kyai Sedo itu menjadi salah satu wisata religi yang dinamakan Mbah Kyai Sedo Masjid.
“Jadi ini memang tugas Pemprov Jatim untuk menelusuri karena masjid ini bahian dari sejarah. Insya Allah, kami akan membicarakan dengan ahli sejarah agar bisa menapaki di mana letak pasti masjid ini dulunya,” ujar Emil.
Selain itu, Emil juga membahas terkait kenaikan BBM dengan Auma yang menurut mereka perlu dikaji ulang. Untuk itu, dirinya mengatakan bahwa pihaknya akan tetap memprioritaskan hajat hidup orang banyak dengan berupaya menekan efek yang ditimbulkan.
“Ini amanah yang dititipkan ke kami oleh para ulama, maka harus kami sampaikan ke pemerintah pusat. Kami juga punya tugas untuk memikirkan nasib masyarakat Jawa Timur. Ini pasti akan berdampak, tapi kami berusaha mengurangi dampak bagi masyarakat yang paling rentan,” jelas Emil.
Tak hanya itu, Emil menilai memang harus ada pendalaman lebih jauh dan transparansi untuk sektor minyak bumi dan gas. Sehingga, masalah bisa diselesaikan dari hulu agar masyarakat yang menjadi hilir tidak terkena imbasnya.
Di samping itu, dibahas pula permasalahan Jembatan Suramadu yang beberapa kali dijadikan situs bunuh diri. Dilaporkan, ada tiga kasus bunuh diri terjadi di sana pada 2022 ini.
Emil bercerita, almarhum sang ayah Achmad Hermanto Dardak merupakan salah satu pelopor pendiri jembatan ikonik tersebut. Yang darinya Emil belajar, bahwa peninggian sisi jembatan untuk mencegah aksi tak diinginkan akan mengganggu struktur bangunan.
“Solusinya, kita bisa pakai teknologi yang bisa mendeteksi manusia yang mendekati jembatan. Teknologi ini sebenarnya sudah digunakan saat pandemi kemarin untuk meninjau kepatuhan masyarakat menggunakan masker. Jadi kita bisa pakai teknologi semacam itu,” terang Emil.
“Nanti jika ada orang yang terdeteksi mau bunuh diri, akan ada alarm yang menyala dan petugas yang menjaga harus segera ke sana. Ini harus disimulasi supaya tahu butuh waktu berapa menit untuk mereka sampai ke sana,” tambahnya.
Lebih lanjut disampaikan mantan Bupati Trenggalek itu juga menampung keresahan para ulama akan maraknya kejadian yang menyinggung kelompok masyarakat beragama. Disebutnya, usaha preventif seperti pemberlakuan peraturan daerah perlu sinergitas berbagai pihak.
“Untuk membuat Perda yang sesuai, naskah akademik dibutuhkan untuk melihat kekosongan peraturan yang ada. Kami sendiri terus memantau dan akan bertindak tegas jika hal-hal yang berkaitan dengan ini terjadi,” tuturnya.
“Sedangkan untuk fenomena seperti judi online, tindakannya sudah masuk ranah hukum. Maka ini butuh sinergitas dengan lembaga terkait seperti Kejaksaan Tinggi untuk menindaklanjuti,” imbuh Emil.
(red)