Di Balik Sosoknya

  • Whatsapp

beritalima.com | Sosok yang tidak mengandung, tetapi darahnya melekat di diriku. Tidak pernah melahirkan, tetapi tetesan keringat ia perjuangkan untuk bisa menghidupkanku. Tidak pernah terlihat mengeluh meski beban di pundaknya begitu peluh. Ya, dia papahku.

Aku banyak belajar sabar darinya. Ia mengajariku untuk tetap bersikap baik meskipun orang lain menyakiti perasaanku. Aku belajar sabar darinya ketika ia pernah dibawa ke kantor polisi akibat salah paham. Papah yang tak bersalah namun ikut tercoret nama baiknya akibat ulah seseorang.

Wajah polos tak bersalah itu seakan menyembunyikan kesedihan. Semua ditutupi oleh wajahnya yang tetap terlihat tegar. Aku sangat tak terima papah ikut dibawa ke kantor polisi. Apalagi ketika ia pamit ke mamah untuk ke kantor polisi, hancur sekali perasaanku saat melihatnya.
Rasa sesak di dada dan kesedihan kerap menyapa ketika mengingatnya. Aku marah dengan keadaan yang membuatku jauh darinya. Kesedihan dan kekhawatiran seakan bercampur baur melebur menjadi satu. Hanya air mata yang dapat menggambarkan perasaanku.

Setelah dicari kebenarannya, papah akhirnya dipulangkan akibat terbukti tidak bersalah. Bahkan ketika masalah tersebut selesai, papah tetap bersikap baik terhadap orang yang pernah menyakitinya. Seakan tidak pernah terjadi apapun dengannya. Tak dapat kubayangkan, seluas apa apa isi hatinya.

Papah juga orang yang pekerja keras dan terampil dalam mengerjakan sesuatu. Ketika barang di rumah terdapat kerusakan, ia betulkan sendiri dengan tangan terampilnya sampai bisa dipakai kembali. Aku tahu itu bukan keahliannya. Tetapi aku belajar darinya untuk tidak menyerah sebelum mencoba. Sikap optimisnya dalam menjalani hidup terus aku kagumkan.

Sifat tegasnya kadang membuatku kesal. Kekhawatiran yang berlebih seakan memberi jarak untuk aku bermain bersama teman-temanku. Seharusnya aku sadar. Sikap papah yang seperti itu untuk melindungiku dari kejadian yang tidak diinginkan.

Meskipun papah tak pernah marah dan mengeluh, aku tahu, di balik tubuh gagah dan wajah peluhnya terdapat linangan air mata yang disimpan. Namun tak ia hiraukan itu. Didikan dan rangkulan kasih sayang yang tulus darinya benar-benar aku rasakan.

Pah, maafkan aku yang belum bisa menjadi orang yang dibanggakan. Terus bimbing aku menjadi anak yang baik dan bermanfaat untuk banyak orang. Aku doakan agar Papah sehat selalu.

(Amalia Amriati Fajri/PNJ)

beritalima.com

Pos terkait