Dialog Interaktif, Mengenang Tragedi Pembacokan Aktivis Bangkalan

  • Whatsapp

BANGKALAN, beritalima.com— Tragedi berdarah terhadap aktivis di Kabupaten Bangkalan beberapa tahun lalu menjadi bukti betapa pahitnya perjuangan menyuarakan suara kebenaran. Pada 8 Maret 2013 pembacokan dialami aktivis anti korupsi, Mahmudi Ibnu Khatib. Mahmudi dibacok orang tidak dikenal usai melakukan makan bersama dengan Kepala Desa disalah satu rumah makan di Bangkalan.

Seminggu sebelumnya, pada 1 Maret 2013 aktivis anti korupsi lainnya bernama Muzakki juga dibacok orang tidak dikenal. Kedua aktivis itu dibacok lantaran diduga sering melakukan unjuk rasa menolak hasil Pilkada Kabupaten Bangkalan pada 2012 silam yang dinilai cacat hukum.

Selain itu, banyak pula kejadian kekerasan dialami aktivis anti korupsi lainnya. Seperti dialami Mathur Khusairi, Moh. Fahrillah, dan Aliman Haris, serta Mujiburrohman korban pembacokan yang terjadi pada 28 April 2018 lalu.

Mengingat sejarah kelam itu, LSM LIRA (Lumbung Informasi Rakyat) Kabupaten Bangkalan menggelar dialog interaktif bertema ‘Napak Tilas Maret Berdarah’, Jum’at (8/3/2019) di sekretariat LSM LIRA Bangkalan, Jl. KH Moh. Toha Jengkebuan, Kelurahan Pangeranan Bangkalan.

Hadir dalam acara tersebut Kapolres Bangkalan AKBP Boby Pa’ludin Tambunan, Wakapolres Bangkalan Kompol Hendy Kurniawan, Kasat Reskrim Polres Bangkalan AKP Jeny Al Jauza, dan Kasat Lantas Polres Bangkalan AKP Danu Anindito, serta jajaran kepolisian Polres Bangkalan lainnya.

Selain itu hadir juga, ketua KPU Bangkalan Fauzan Jakfar, Ketua Bawaslu Bangkalan Ahmad Mustain Saleh, serta para aktivis senior di Kabupaten Bangkalan.

Acara tersebut berjalan cukup menarik, para aktivis korban kekerasan bergantian menceritakan tragedi yang dialami dimasa lalu. Seperti yang diceritakan Fahrillah. Dia menceritakan teror yang dialami dirinya pada tahun 2010 sampai 2013.

“Saya dulu dikejar orang tidak dikenal mau dibacok, tapi alhamdulillah masih selamat,” ujarnya menceritakan.

Mahmudi juga menceritakan tragedi yang dialami pada 8 Maret 2013 lalu. Dikatakan dia, dirinya selalu lantang melakukan aksi demo untuk menolak hasil Pilkada pada 2012 lalu. Menurut dia, terpilihnya Makmun Ibnu Fuad sebagai Bupati periode 2013-2018 cacat hukum.

“Saya dibacok pasca pelantikan Bupati terpilih Makmun Ibnu Fuad, menurut kami terpilihnya Makmun sebagai Bupati itu cacat hukum,” ungkapnya mengingat masa itu.

Saat hadir pada acara tersebut Kapolres Bangkalan AKBP Boby Pa’ludin Tambunan menyampaikan permohonan kepada semua aktivis di Kabupaten Bangkalan. Dikatakan dia, pihaknya bukan tidak mau mengungkap perkara itu. Namun kata dia, banyak kendala yang dihadapi pada proses penyelidikan.

“Banyak kendala-kendala teknis, termasuk perkara yang saya tangani langsung, (kasus pembacokan) Pak Mujib, itu banyak kendala teknis yang kami alami, bukan kami membela diri,” ujarnya menyampaikan dihadapan aktivis senior Bangkalan.

“Saya secara fair menyampaikan permohonan maaf, karena sampai detik ini belum bisa mengungkap kasus ini,” ucapnya.

Dalam kesempatan itu Moch. Efendi yang juga hadir dalam dialog meminta kepada semua wartawan, untuk lebih berhati hati dalam menyikapi pemberitaan soal pembacokan yang kerap kali terjadi di Bangkalan.

“Pemberitaan soal pembacokan ini juga rentan konflik, untuk itu diharapkan wartawan dalam pemberitaan harus berimbang, khususnya wartawan beritalima yang ada di Bangkalan, disamping itu jika ngeshare berita di saring dulu sebelum di share,” tutup Pimred beritalima. [Rus]

 

<iframe width=”300″ height=”250″ src=”https://www.youtube.com/embed/PmIGIi-bU88″ frameborder=”0″ allow=”accelerometer; autoplay; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture” allowfullscreen></iframe>

beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *