SURABAYA: Maskapai pelayaran mendesak pemerintah segera menambah dermaga di sejumlah lintasan komersial. Jumlah dermaga di pelabuhan-pelabuhan sangat terbatas.
Akibat keterbatasan dermaga ini membuat kapasitas angkutan menjadi berkurang dan maskapai pelayaran berangsur gulung tikar.
Direktur Utama PT Dharma Lautan Utama (DLU), Erwin H Poedjono, mengatakan, keterbatasan dermaga menyebabkan banyak kapal terpaksa iddle (menganggur) dan tidak bisa mengangkut penumpang yang jumlahnya terus bertambah.
“Padahal dalam kondisi tidak beroperasi, kami tetap harus mengeluarkan biaya operasional yang tidak sedikit,” lanjut Erwin di sela acara Anugerah Prestasi sekaligus perayaan HUT PT DLU ke-42 di Hotel Bumi Surabaya, Jum’at (16/3/2018) malam.
Dikemukakan, saat kapal nganggur, biaya yang dibutuhkan di antaranya untuk keamanan, pengoperasian genset, hingga biaya keausan kapal. Di sisi lain, keterbatasan dermaga juga menjadikan kapasitas angkut tidak sesuai kebutuhan yang ada.
Menurutnya, di setiap lintasan operasional perlu ada penambahan dermaga hingga 100 persen dari yang ada sekarang.
“Kalau setiap lintasan komersial itu ditambah sepasang dermaga saja, kapasitas angkut akan bertambah sekitar 25 persen,” jelasnya.
Erwin lalu mencontohkan kondisi lintasan Pelabuhan Merak-Bakauheni yang tidak pernah sepi, saat ini hanya ada 6 dermaga yang harus digunakan secara bergiliran oleh 60 kapal yang beroperasi.
Padahal idealnya, lanjut dia, harus ada 12 dermaga, karena jumlah penumpangnya juga cukup banyak.
Dikhawatirkan, keterbatasan dermaga akan berimbas pada penurunan kenyamanan penumpang, yang akhirnya cenderung mengarah pada berkurangnya keselamatan penumpang akibat.
Sebaliknya dari sisi perusahaan, keterbatasan dermaga yang memicu banyak kapal nganggur itu berangsur membuat maskapai pelayaran gulung tikar.
Bahkan saat ini mulai banyak kapal yang rusak akibat perusahaan kesulitan mengeluarkan anggaran untuk perawatan kapal (docking), dan banyak pula perusahaan yang sudah terlambat membayar gaji karyawan.
Pihak DLU sendiri mensikapi keterbatasan dermaga yang ada sekarang dengan mengoperasikan kapal secara bergiliran.
“Setiap kapal terpaksa kami operasikan bergiliran. Satu kapal dioperasikan 15 hari dan sisanya nganggur,” ujarnya.
DLU yang kini berusia 42 tahun, pertama kali didirikan pada 15 Februari 1976 denhan hanya mengoperasikan tiga buah kapal ferry yang disewa dari PJKA (PT KAI).
Sekarang ini DLU sudah memiliki 45 armada yang tersebar di 26 kantor cabang. Maskapai pelayaran ini beroperasi di hampir seluruh rute di Tanah Air. (Ganefo)
Teks Foto: Dirut PT DLU, Erwin H Poedjono (kiri), bersama sejumlah pejabat yang hadir di acara Anugrah Prestasi sekaligus perayaan HUT PT DLU ke-42 di Surabaya, Jumat (16/3/2018).