Dinas Perkebunan (Disbun) Jawa Timur berusaha mendorong sejumlah perusahaan pemilik Pabrik Gula (PG) untuk melakukan diversifikasi produk tebu guna menghasilkan produk selain gula. Langkah ini dinilai penting bagi program swasembada, karena bisa menghasilkan energi.
Namun demikian, diakui Kepala Dinas Perkebunan Jatim, Moch Samsul Arifien, upaya itu bakal sulit terwujud bila tidak ada dukungan dari PT PLN (Persero) dan PT Pertamina (Persero).
“Teknologi diversifikasi produk tebu sudah kita kuasai, tapi pertimbangannya hitung-hitungan ekonomi untuk bisa menerima produk dari hasil diversifikasi seperti bioethanol dan listrik. PLN dan Pertamina harus hitung agar untung juga. Sekarang produk ethanol mau diterima Pertamina belum cocok harganya,” kata Samsul kepada Wartaagro.com di Surabaya.
Menurut penulis buku ‘Ketika Kopi Berbunga’ ini, bioethanol sangat diperlukan untuk mengkonversi sumber energy yang tidak bisa diperbaharui. Dia pun berharap, 31 pabrik gula di Jawa Timur mampu membuat produk diversifikasi dari tebu.
Pabrik gula yang sudah membuat produk diversifikasi itu ialah PG Gempolkerep milik PTPN X di Mojokerto. Pabrik gula lainnya diharapkan Samsul ikut jejak PG Gempolkerep.
Karena dukungan pemerintah berupa dana penyertaan modal negara (PMN) bagi PTPN X sebesar Rp 950 miliar dan PTPN XI sebesar Rp 600 miliar akan memudahkan dalam melakukan revitalisasi pabrik gula.
“Makanya PMN untuk pabrik gula, agar didesain lagi untuk hasilkan listrik lalu dijual ke PLN. Yang hendak direvitalisasi ialah PG Asem Bagus, PG Jatiroto, PG Ngadirejo, PG Pesantren. Harapan kami ke Kementerian BUMN tidak Cuma 4 PG tapi 31 PG yang direvitalisasi,” tegas Samsul. (AS)