BONDOWOSO,beritalima.com – Pemerintah Kabupaten Bondowoso melalui Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) melakukan uji coba pasar hewan terpadu yang berada di Desa Silolembu Kecamatan Curahdami pada, Kamis (14/1), dengan melibatkan beberapa pedagang hewan ternak.
Pasar hewan terpadu yang merupakan titik nol operasional pasar hewan di Desa Silolembu ini akan digunakan untuk mempercepat proses pemulihan ekonomi para pedagang hewan ternak.
Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Sigit Purnomo mengatakan, bahwa dalam memulihkan ekonomi untuk menuju pada titik yang sempurna pasti membutuhkan trial (uji coba).
Maka pada kesempatan ini, Diskoperindag mengajak para pedangan hewan untuk lakukan trail di lokasi dan diskusi publik terkait apa saja fasilitas harus dipenuhi oleh Pemerintah Kabupaten setempat.
“Sudah kami inventarisir, nanti saya laporkan pada Bapak Bupati, Wabup dan Sekda. Yang akan dituangkan pada kebijakan anggaran untuk pembangunan berikutnya,” katanya pada awak media.
Sigit menjelaskan, jika pihaknya juga lakukan sosialisasi, dan telah didapati kesepakatan. Dimana, kata dia semua ini sebagai proses pemulihan ekonomi para pedagang.
“Utamanya ekonomi pedagang. Logikanya, kalau selasaan (pasar hewan) buka, sapi yang tidak terjual pada hari selasa bisa dijual pada hari kamisnya (di pasar hewan terpadu),” jelasnya.
Maka kata Sigit, dari titik ini terjadi perputaran ekonomi yang tujuannya untuk memulihkan ekonomi yang sempat melambat akibat pandemi Covid-19.
Sigit menerangkan, dari evaluasi dari para pedagang bahwa mereka menginginkan adanya penambahan fasilitas parkir yang dimungkinkan operasional yang ada sudah penuh.
“Kita bisa skema, artinya tidak semua harus dikelola oleh Pemerintah Kabupaten. Kita bisa sharing dengan pemerintah desa,” urainya.
Dimana Pemerintah Desa setempat yang mempunyai TKD (Tanah Kas Desa) bisa digunakan untuk lahan parkir.
“Yang akan dikelola oleh BUMDes, sehingga menjadi pendapatan asli Desa. Ini adalah sinergi, upaya membangkitkan ekonomi,”jelasnya.
Sementara itu, salah seorang pedagang asal Desa Grujugan Kidul, Kecamatan Grujugan, H. Fauzan, menyatakan bahwa lokasi pasar hewan Silolembu masih kurang layak untuk ditempati. Sebab, lokasi pasar yang berada di atas jurang dinilai sangat membahayakan ketika ada sapi yang meronta. Disamping itu ia juga mengeluhkan tempat sapi yang terlalu sempit.
“Tempatnya terlalu sempit. Yang datang kan juga dari luar Bondowoso. Ini juga dekat jurang. Nanti sapi kalau ngamuk bisa jatuh,” ungkapnya.
Selain itu, tidak adanya pagar sebagai pembatas pasar dengan lahan diselilingnya, membuat pedagang takut sapi-sapi merusak tanaman warga setempat.
“Ini tidak ada pagar. Kalau nanti sapi sampai merusak tanaman warga gimana. Masak saya harus tanggungjawab,” tambahnya.
Kendati demikian, H. Fauzan tidak keberatan untuk menempati pasar yang telah menelan anggaran hingga puluhan miliar itu. Sebab, dirinya masih bisa berjualan seperti biasa setiap hari Selasa di Kelurahan Kademangan, sebelum berjualan pada hari kamisnya di pasar hewan selolembu.
“Tidak masalah. Kan masih bisa jualan di Selasaan. Di sini ditempati Kamisnya saja,” terangnya. (*/Rois)