Diskusi Panel Refleksi Akhir Tahun 2016

  • Whatsapp

SURABAYA, beritalima.com –  Bertempat di Gedung Balai Pemuda Jl Gubernur Suryo no 15  Surabaya Refleksi Akhir Tahun digelar dengan mengambil Tema “MENUJU BHINNEKA TUNGGAL IKA TAN HANA DHARMA MAGRWA “ (29/12) .

Sebagai Keynote speaker Bambang Sulistomo (Putra bung tomo), membuka kegiatan diskusi dan dilanjutkan dengan pemateri Jonathan Kepala Bakesbangpol Linmas Provinsi Jawa Timur mewakili Gubernur Jatim, Letkol inf  Didik Suryadi, Pabandya bakti ter kodam mewakili Pangdam V Brawijaya serta  AKBP Dodi Binmas Polda Jatim.

Selain itu, perwakilan dari Ormas se Jatim memberikan pandangan serta masukan terhadap Kebhinekatunggalikaan di tanah air ini.

Saat ini Krisis persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dalam bingkai NKRI yang berlandaskan Pancasila dan UUD 45 telah menjadi ancaman, Hal ini karena  banyak komponen bangsa Indonesia yang tidak faham dengan benar tentang Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Magrwa,  sehingga akhir akhir ini banyak menimbulkan perpecahan antar suku agama dan ras bahkan di internal suku agama dan Ras di Indonesia .

“Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Magrwa bukan diartikan dengan arti sempit saja , seperti yang sering didengungkan tentang Kebhinekaan ( berbeda  beda atau keragaman ),  tapi arti hakikinya adalah suatu frasa yang mengajak bangsa yang berbeda beda dan beragam ini untuk satu kesatuan mendharma baktikan kepada bangsa dan negara ini tanpa kebenaran yang mendua,” ungkap Susi Rochmadi Ketua Panitia Diskusi.

Susi Rochmadi  menambahkan, Bhinneka Tunggal Ika adalah moto atau semboyan Indonesia. Frasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuno dan seringkali diterjemahkan dengan kalimat “Berbeda-beda tetapi tetap satu”.

Diterjemahkan per kata, kata bhinneka berarti “beraneka ragam” atau berbeda-beda. Kata neka dalam bahasa Sanskerta berarti “macam” dan menjadi pembentuk kata “aneka”
Dalam Bahasa Indonesia. Kata tunggal berarti “satu”. Kata ika berarti “itu”.
Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan “Beraneka Satu Itu”, yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu KESATUAN .
Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.

Kalimat itu merupakan kutipan dari sebuah kakawin Jawa Kuna yaitu kakawin Sutasoma, karangan Mpu Tantular semasa kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14. Kakawin ini istimewa karena mengajarkan toleransi antara umat Hindu Siwa dengan umat Buddha waktu pada jaman itu”

Sedangkan Tan Hana Dharma Mangrwa’  berarti tak ada kebenaran yang mendua, atau diartikan Tak ada dharma yang mendua.. Hal ini menegaskan pentingnya tindakan nyata. Yakni dharma bagi kemanusiaan, bagi perbaikan kesejahteraan rakyat. Dharma itu bersifat tunggal tidak bisa berlaku ganda. Ia berpusat pada perbaikan kualitas hidup manusia dan nilai-nilai kemanusiaan. Karena tidak bisa dimanipulasi dengan pencitraan.

Sejak kemunduran reformasi telah terjadi PENJAJAHAN PUTIH dan banyaknya peraturan dan undang undang yang telah diterbitkan dirasa kurang memihak terhadap kepentingan nasional dan kepentingan bangsa Indonesia untuk masa sekarang dan masa yang akan dating.. mengetahui bahwa warga negara Indonesia telah dijadikan sasaran bagi penggalangan ideologi-ideologi asing yang ingin menggantikan nilai-nilai luhur Pancasila sebagai falsafah bangsa dalam kehidupan bermasyarakat.

Banyak putera-puteri Indonesia secara TIDAK SADAR yang digalang oleh kekuatan asing kemudian mendatangkan bencana terhadap tanah airnya sendiri.

Singkatnya mereka menyangka bahwa mengawinkan Pancasila dengan Ideologi asing akan dapat membawa kemajuan bagi bangsa Indonesia. Mereka menyangka telah berhasil memodernisir Indonesia, padahal justru hanya membuat dan menambah kedangkalan Ideologi bernegara (Pancasila), membelokkan kiblat masyarakat Indonesia, menanam bom waktu dalam diri generasi muda dan (secara perlahan namun pasti) menghilangkan potensinya.

Mereka telah terperangkap oleh jaring-jaring kepentingan lawan. Dengan sukarela ataupun terpaksa, telah menjadi boneka dari penggalangannya dan secara tidak langsung akan mendatangkan bencana di tanah airnya.

Saatnya kembali ke Jati diri Bangsa Pancasila dan UUD 45, maka kami Organisasi Penyelenggara dalam acara ini yaitu PC 1330 FKPPI Surabaya dengan Ketuanya Drs. Ashari Mardiono dan Yayasan Patriot Garuda didukung oleh ormas,/ LSM dan  OKP dalam suatu kepanitiaan yang bernama Forum Ormas/ LSM Jawa Timur membuat Diskusi Panel Refleksi Akhir Tahun 2016.

Membahas dan Mengupas kekurangan dan kelebihan dari 3 pokok bahasan  untuk eksitensi dan kepentingan Bangsa dan Negara NKRI kedepannya  dan mencari solusi bangsa.

Berikut rekaman Video yang disampaikan oleh Moch. Efendi, SH saat dialog Refleksi Akhir Tahun :

beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *