SURABAYA, Beritalima.com|
Komisi E DPRD Jatim mendukung kerjasama antara Pemprov Jatim dan Australia dalam kerjasama disektor pendidikan vokasi.
“Kalau tujuannya untuk memajukan Jatim, kami akan dukung apa yang dilakukan oleh gubernur Jatim,”ungkap anggota Komisi E DPRD Jatim Zaenal Abidin, Jumat (21/2/2020).
Pria asal Sumenep Madura ini mengatakan dengan adanya kerjasama ini, diharapkan akan dihasilkan tenaga kerja yang berkualitas dengan produksi dari luar negeri.
“Tentunya nantinya akan ada pertukaran pelajar yang menempuh pendidikan vokasi di sana. Siswa akan dikirim ke sana untuk magang di Australia. Ini sebuah peluang yang menjanjikan dalam menciptakan tenaga kerja yang berkualitas,”jelas politisi asal Partai Demokrat ini.
Mantan birokrat ini mengatakan dengan adanya kerjasama pendidikan vokasi ini, dirinya berharap akan ada keuntungan bagi Jatim dalam mengurangi angka pengangguran di Jatim.
“Bisa jadi lulusan dari kerjasama pendidikan vokasi dengan Australia ini bisa diterima di semua perusahaan. Ini kebanggaan bagi kita, dalam menghasilkan tenaga kerja yang handal,”tandasnya.
Sebelumnya, untuk mempererat hubungan antara Pemerintah Australia dengan Pemprov Jatim, Dubes Australia Gary Quinlan Ao bertemu Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa.
Pertemuan yang berjalan akrab dan bersahabat itu membicarakan berbagai kerjasama bilateral bidang pendidikan vokasi dan kemaritiman.
Usai menggelar pertemuan, Gubernur Khofifah menyampaikan bahwa pendidikan vokasi di Australia sangat maju, khususnya di sektor kemaritiman. Diakuinya Australia lebih berpengalaman di sektor kemaritiman. Oleh sebab itu, dirinya berharap ada kerjasama lebih erat untuk peningkatan sumber daya manusia (SDM) masyarakat Jawa Timur.
Khofifah menjelaskan, setiap tahunnya di Jawa Timur ada sekitar 800 ribu tenaga kerja baru. Pihaknya telah mempersiapkan sejak dini agar tenaga kerja tersebut bisa diserap oleh dunia industri. Diantaranya 20 SMK berstatus Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), dimana menjadi pengampu atau pendamping bagi SMK lain yang memiliki jurusan yang sama. Kemudian, ada 100 pondok pesantren disiapkan soft skill dalam kurikulum didalamnya.
“Visinya adalah ada ekosistem one pesantren one product,” ungkapnya.(yul)