SURABAYA, Beritalima.com |
Self healing pada dasarnya adalah upaya penyembuhan luka batin. Meski berbagai cara telah ditempuh, terkadang tak semua luka berakhir sembuh. Lantas, bagaimana idealnya self healing dilakukan?
Mengenai hal itu, Pakar Psikologi Universitas Airlangga (UNAIR) Dr. Primatia Yogi Wulandari, M.Si memberikan penjelasan. Dosen yang kerap disapa Mima tersebut mengatakan bahwa self healing sebenarnya merupakan salah satu teknik atau intervensi yang dilakukan ketika muncul masalah/gangguan psikologis.
Jadi, self healing dibutuhkan ketika dirasa ada pikiran atau perasaan yang cukup mengganggu aktivitas dan fungsi sehari-hari.
“Misal, ketika kita merasa segala sesuatu menjadi membosankan; sering kehilangan konsentrasi; atau merasakan kecemasan yang kadang tidak jelas sumbernya. Bisa juga kita mendeteksinya dari sinyal tubuh yang sifatnya fisik, seperti mudah lelah; sering ada keluhan fisik namun tidak ada penyebab yang jelas; atau sulit tidur,” ujarnya ketika diwawancarai secara daring, Senin (12/7/2021).
Dari bentuk aktivitas, self healing dapat dilakukan dalam berbagai macam cara. Seperti relaksasi melalui pernafasan; kontemplasi dengan meditasi atau yoga. Serta menciptakan emosi positif yang akan berdampak terhadap munculnya endorfin atau hormon bahagia.
Selain itu, art-therapy juga dapat dijajal. Individu dapat menggunakan seni untuk melepaskan dan mengekspresikan emosinya.
Mima mengungkapkan, manusia sebenarnya memiliki kemampuan untuk melakukan proses penyembuhan secara alamiah.
Meski demikian, ada orang-orang yang agak sulit untuk melakukan proses penyembuhan sendiri.
Dalam hal ini, lanjutnya, self healing dapat dibantu oleh tenaga profesional seperti psikolog. Klien akan didampingi untuk menemukan kekuatan pribadinya agar dapat “sembuh”.
“Tipe orang-orang tersebut membutuhkan bantuan yang bersifat langsung karena mereka akan merasa nyaman bila ada saran atau petunjuk yang jelas tentang apa yang harus dilakukan, tanpa harus melakukan proses refleksi,” terangnya.
Refleksi sendiri disebut Mima sebagai hal sangat penting yang perlu dilakukan selama self healing. Yaitu sebuah proses memaknai pengalaman yang terjadi.
Melalui proses refleksi, katanya, seseorang dapat mengenali pikiran dan perasaan negatifnya. Lalu menerima hal-hal tersebut sebagai sesuatu yang memang benar-benar ada tanpa berusaha menolak atau menghindarinya.
“Misal, menerima tentang kondisi sedang sakit, adanya anggota keluarga yang meninggal, dan fakta-fakta yang lain. Penerimaan ini sangat penting agar membuat individu lebih tenang dengan keadaan dirinya dan lingkungan sekitarnya,” tekannya.
Sementara itu, terkait “kesembuhan”, menurut Mima kondisi tersebut dapat dicapai ketika diri sudah memahami dan menerima pikiran maupun perasaan yang dirasa “mengganggu”. Serta merasa nyaman untuk kembali melakukan fungsi dan aktivitas sehari-hari. Meski mungkin ada perubahan di beberapa aspek sebagai konsekuensi atas proses adaptasi dari kondisi sebelumnya.
“Setiap individu memiliki potensi-potensi internal untuk menemukan cara-cara pemenuhan kebutuhan personalnya. Intinya, yang paling tahu tentang diri kita adalah kita sendiri,” pungkas Mima. (Yul)
Caption: Pakar Psikologi Universitas Airlangga (UNAIR) Dr. Primatia Yogi Wulandari, M.Si.