Jakarta — Wakil Ketua Komisi IV Anggia Erma Rini mengaku sedih dan marah ketika gagasan mengenaan pajak bagi produk plastik didrop alias tidak dilanjutkan. Padahal ini gagasan bagus agar masyarakat menghindari produk plastik yang selana ini menjadi masalah baik bagi kesehatan maupun lingkungan.
”Beberapa waktu lalu di Badan Anggran DPR sempat membahas tentang pajak plastik tapi akhirnya tidka jadi dilanjutkan. Saya termasuk yang sedih, karena pengenaan pajak terhadap produk plastik itu, tidak jadi diputuskan,”kata Anggia dalam diskusi .
“Menyoal Kebijakan Pelabelan Kemasan dan Dampaknya Terhadap Lingkungan” di Media Center DPR, Kamis (7/7/2022).
Narasumber lain anggota Komisi IX DPR RI Darul Siska, Pror Zainal Ahli Polimer ITB dan aktivis lingkungan Swietenia Puspa Lestari.
Menurut Anggia DPR, pemerintah, ahli kesehatan dan aktivis lingkungan berbicara soal limbah plastik mulai dari hilir ke hulu. Bagaimana mengolah, bagaimana mendaur ulang, bagaimana regulasi mengatur plastiknya, tetapi belum pernah tuntas.
Misalnya, kata Anggia, ada aturan pemilahan sampah dan bahkan diaedialan tempat sampah organik, sampah plastik, sampah kesehatan dipisah di kantong di kantong-kantong.
”Tetapi ngangkutnya bareng-bareng, sama aja bohong ngangkut itu satu truk sama aja jadi tercampur lagi,’katanya.
Menurutnya, harus ada kebijakan yang komprehensif kalau memang benar-benar mengelola atau punya komitmen yang tinggi terhadap pengelolaan sampah.
Sampah ini khususnya sampah plastik menjadi masalah besar bagi daerah. ”Kita di Komisi IV punya Panja Sampah dan telah bertemu dengan kepala daerah. Mereka mengeluh soal pengelolaan limbah ini, ”katanya.
Sementara itu, ahli polimer dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Pror Zainal yang hadir secara virtual mengatakan ITB sudah memiliki metode atau teknologi yang mampu menyelesaikan seluruh sampah jadi nol dan jadi produk yang bermanfaat bagi manusia.
Menurutnya, ada dua kelompok sampah plastik yaitu yang bisa didaur ulang dan sampah plastik lovely. Kelompok plastik yang bisa daur ulang, sudah tidak ada masalah. Banyak yang sudah memanfaatkan plastik ini menjadi barang-barang produksi. Tinggal sistemnya saha diperbaiko agar bisa zero limbahh.
Sedang plastik yang Loveliy perlu manajemen sampah yang bagus, agar bisa diolah semuanya. ”Saya pernah mengembangkan teknologi yang mampy mengolah plastik ini menjadi aneka pernik pernik termasuk sampah plastik yang lovely itu menjadi BBM.
”Semua sampah yang memang tidak membusuk dan tidak bisa didaur ulang, itu bisa saya konversi menjadi pestisida organik, dengan cara yang murah, mudah dan punya nilai ekonomi tinggi”katanya. (ar)