Cetak biru pembangunan itu semacam peta pengwilayahan komoditas yang dengan mudah memetakan seluruh potensi komoditas yang ada di enam kecamatan. Demikian ditegaskan Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan (STIKPER) Gunungsari Makassar, Dr.Pius Nalang, M.Kes, Sabtu 21 Mei 2016, salah seorang putra asli Manggarai Timur, sukses meniti karier dalam dunia pendidikan di Kota Metropolitan Makassar.
Konsep pengwilayahan komoditas ini pernah diterapkan Gubernur Sulsel Ahmad Amiruddin yang juga mantan Rektor Universitas Hasanuddin, pada prakteknya akan mempetakan semua potensi komoditas yang dimiliki daerah yang baru dibentuk pada 17 Juli 2007.
Sesuai dengan letak geografis daerah maka potensi yang dimiliki akan dipetakan dan dipusatkan pengembangan dan pengolahan komoditas. Kecamatan Borong misalnya untuk padi dan tanaman pangan lainnya. Poco Ranaka bisa jadi pusat pengembangan coklat dan tanamana keras lainnya, tandas doktor administrasi publik Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar ini.
Hal sama juga dapat dilakukan pada Kecamatan Kota Komba untuk komoditas kelapa. Kecamatan Elor dengan kopi, Sambi Rampas dan Lomba Ledo dengan jenis komodotas lain yang potensial di daerah tersebut.
Kehadiran peta pengwilayahan komoditas dan potensi daerah itu, menjadikan pemerintah daerah memiliki arah dan fokus yang jelas dalam membangun dan melakukan perubahan dan inovasi kehidupan yang lebih baik, tandas pria kelahiran Kampung Munde, Manggarai, Plores, NTT 1960 ini.
Penguatan pada pengwilayahan komoditas itu akan membawa efek luar biasa bagi budidaya yang lebih terfokus dan terpusat serta pengolahan hasil produksi juga akan semakin lebih mudah dikembangkan. Sisi lain tentu akan menyerap lebih banyak lagi tenaga kerja untuk proses pengolahan dengan kehadiran pabrik atau industri pengolahan produksi komoditas masyarakat, tandas magister kesehatan PPs Unhas ini. (ulla/yahya)