TENTENA. Gledis Lampondje (21) dan Cindy Permatasari (21) dua mahasiswa Universitas Kristen Tentena (UNKRIT) di utus Persekutuan Pemuda Sinode GKST (PP GKST) dan UNKRIT ke Medan mengikuti kegiatan semiloka pemuda lintas iman.
Alasan PP GKST memilih dua mahasiswa ini karena UNKRIT merupakan Universitas Kristen yang menerima realitas kemajemukan yang ada di negara Indonesia.
Demikian ditegaskan Dosen Prodi S1 Pendidikan Biologi FKIP UNKRIT, Viskarita FM Ambotuo kepada beritalima.com, Kamis (13/9/2018)
Dijelaskan, kenyataan itu sehingga tidak menutup pintu bagi mahasiswa beragama lain yang ingin menempuh pendidikan di universitas yang merupakan universitas perdamaian ini.
Hal tersebut dibuktikan dengan ikutnya dua mahasiswa UNKRIT yang beragama Kristen (Gledis) dan Islam (Cindy).
Selain mahasiswa beragama muslim, di UNKRIT juga terdapat mahasiswa-mahasiswa beragama Hindu.
Kegiatan berlangsung 28-30 Agustus 2018 ini dihadiri kurang lebih 50 peserta dari berbagai belahan nusantara diantaranya;
Poso, Manado, Gorontalo, Toraja, Solo, Salatiga, Bali, Nias dan pemuda-pemuda lainnya yang ada di Sumatera.
Kegiatan yang berlokasi di Taman Jubelium GBKP Sumatera Utara ini menempuh jarak tempuh selama 5 jam dengan perjalanan darat dari Kota Medan.
Acara juga menghadirkan nara sumber yang ahli dibidangnya, salah satunya Alisa Wahid membawakan materi “Mengembangkan Komunitas Damai Lintas Iman di Indonesia”.
Selain agama Kristen dan Islam, peserta juga berasal dari agama Katolik, Hindu, Budha, Konghucu dan aliran-aliran kepercayaan yang ada di Indonesia.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk menanamkan gaya hidup damai di kalangan pemuda lintas iman, kata pengurus Pemuda Sinode GKST ini.
Selain itu, membuat pemuda menjadi paham akan realitas kemajemukan dan tantangan radikalisme yang makin marak saat ini.
Pemuda menjadi paham dampak media sosial bagi kehidupan bersama dan paham bagaimana menggunakan media sosial tersebut untuk mendorong perdamaian.
Dan pemuda mampu mengembangkan kemampuan untuk menjadi agen perdamaian di tengah masyarakat melalui media massa.
Ditanya mengenai materi apa yang paling berkesan, kedua mahasiswa ini menjawab “Materi Pengaruh Media Sosial bagi Perubahan Sosial.
Karena di media sosial sebagai salah satu penyebab timbulnya konflik diantara umat beragama.
Sehingga bijak bermedia sosial itu sangatlah penting. (maruf)