Engkaulah Pahlawan Sejatiku

  • Whatsapp

Kasih ibu,
kepada beta
tak terhingga sepanjang masa.
Hanya memberi,
tak harap kembali,
Bagai sang surya, menyinari dunia.

Lirik lagu diatas mengingatkan kita sewaktu masih kecil, dan terus terkenang sampai dewasa. Ibu sebagai pendamping hidup, dan tempat mencurahkan isi hati, baik dalam sedih dan gembira, dalam suka, dan duka. Kasih sayang ibu tak ternilai, tidak bisa kita nilai dengan uang, sangat besar dan sangat tulus seperti matahari yang menyinari dunia.

Di ajaran agama Islam sendiri, seorang ibu memang yang mendapat prioritas pertama. Ketika seorang hamba bertanya kepada Rasulullah SAW siapa di dunia ini yang harus dihormati. Rasulullah menjawab umi (ibu), lalu siapa lagi, Baginda Nabi menjawab umi (ibu), umi (ibu) … baru setelah itu bapak. Jadi bapak itu nomor ke empat. Sedangkan nomor satu yang harus kita hormati adalah ibu.

Seorang ibu sangat berperan aktif dalam mengasuh, dan mendidik anak-anaknya. Mulai masih dalam kandungan selama sembilan bulan, menjadi bayi yang belum bisa apa-apa, selain ngompol, minta susu dan tidur, sampai kita beranjak dewasa. Sudah bisa berlari, dan berpergian sendiri keliling dunia. Dengan demikian Nabi Muhammad SAW menyebut bahwa surga itu ada di telapak kaki ibu.

Mengutip dari buku karya Ir. Soekarno, seorang proklamator yang juga presiden pertama RI yang berjudul “Sarinah”: Kewajiban Wanita dalam Perjuangan Republik Indonesia, mengingatkan bahwa kaum perempuan memiliki tanggung jawab sejarah untuk menyelamatkan negara dalam arti yang seluas-luasnya, kaum perempuan memiliki peran dan tanggung jawab yang penting dan strategis yakni turut andil dalam pengambilan keputusan publik (politik, ekonomi dan sosial).

Dalam buku tersebut dituliskan: Perempuan tidak boleh ragu untuk maju ke ruang publik dan menduduki posisi strategis sebagai bupati, walikota, gubenur dan bahkan presiden. Karena mereka juga memiliki peran dan tanggung jawab yang sama dalam menggerakkan masyarakat Indonesia menuju sistem yang berkeadilan dan bersih guna mengantarkan rakyat Indonesia kepada kehidupan yang adil dan makmur atau masyarakat berkeadilan sosial dan sejahtera.

Dengan kehadiran kaum perempuan dalam pembangunan bangsa di lingkup sosial, politik dan kemandirian ekonomi, diharapkan dapat memberikan sumbangsih yang berarti dalam memecahkan berbagai tantangan bangsa Indonesia kedepan yang semakin berat dan komplek.

Sejarah pun telah menetapkan hari ibu pada tanggal 22 Desember. Karena pada tanggal tersebut merupakan hari diselenggarakannya kongres perempuan pertama. Hari Ibu sendiri ditetapkan oleh Presiden Soekarno. Presiden Soekarno melalui Dekrit Presiden Nomor 316 tahun 1959 menetapkan tanggal 22 Desember sebagai hari ibu. Pada tanggal tersebut pertama kalinya diselenggarakan Kongres Perempuan Indonesia yang dilangsungkan di Jogjakarta tahun 1928. Peristiwa ini dikenang sebagai awal mula perjuangan kaum perempuan Indonesia.

Berbagai pemimpin dari organisasi perempuan di seluruh Indonesia berkumpul untuk bersatu dan berjuang untuk kemerdekaan serta perbaikan nasib kaum perempuan.

Tidak bisa kita pungkiri pada masa penjajahan Belanda peran seorang perempuan sangat dibatasi, mereka hanya dijadikan “konco wingking”, sebagai pendamping suami yang tugasnya hanya berkutat di dapur, sumur, dan kasur, pendidikanpun dikhususkan untuk kaum laki-laki.

Setelah RA Kartini mendobrak tatanan masyarakat jawa yang kolot dengan persamaan hak kaum wanita, maka peran ibu sekarang sudah tidak ada pembeda dengan kaum laki-laki.

Dalam setiap rumah tangga, peran ibu sangatlah penting dan diperlukan. Sebaik-baiknya seorang ayah, dia tidak akan bisa menggantikan peran sebagai ibu. Kepekaan, kasih sayang dan kelemah-lembutannya, kodrat Ilahi inilah yang tak dimiliki oleh seorang Ayah. Karakter seorang ibu sangat penting bagi setiap anak baik perempuan maupun laki-laki. Namun khususnya bagi anak laki-laki, ibu adalah cinta pertama dan sejatinya, sosok yang mendidiknya menjadi pribadi yang tangguh, penuh cinta kasih dan bertanggung jawab.

Karena setiap anak adalah individu yang unik, masing-masing memiliki potensi dan talenta yang luar biasa. Dengan bekal pengetahuan tersebut, ibu dapat mendidik anaknya dengan pola pengasuhan yang tepat, mendukung sepenuh hati agar anak mampu mengeksplorasi dan mengembangkan potensinya, serta menjadi anak yang berprestasi dari bakat yang dimiliknya. Selain meningkatkan pengetahuan dan keahlian, para ibu juga harus punya gaya komunikasi masa kini. Jaman sudah global, gaya komunikasi kepada anak tidak bisa hanya satu arah, harus dilakukan dengan cara dua arah, dengan demikian pendapat anak juga dihargai dan dihormati. Anak tidak bisa hanya diberi perintah namun lebih baik anak diajak berdiskusi supaya berani bertanggung jawab.

Sehingga kelak, anak akan menjadi insan yang berakhlak mulia, cerdas, dan punya empati kepada masyarakat disekitarnya. Pribadi tersebut sangat dibutuhkan, supaya bisa menelurkan generasi yang tangguh, terampil, dan menjadi pemantik kemajuan bangsa indonesia di masa depan.

Ibu sebagai tonggak kemajuan suatu bangsa, ditangan ibu yang bijak, sabar, tulus, dan ikhlas akan dihasilkan generasi penerus bangsa yang cerdas, jujur, dan penuh tanggung jawab.

Dengan seabrek peran dan tanggung jawab ibu diatas, maka kami memberanikan diri memberi gelar; Ibu engkaulah pahlawanku. Di tangan lembutmu, dan hatimu yang tulus ada secercah harapan masa depan bangsa Indonesia gemilang.

Engkau telah melalui pahit getirnya kehidupan ini. Perjuanganmu akan dicatat dengan tinta emas, dan bakti tulusmu akan terus terukir di dalam hati sanubariku. Aku terus berdoa agar engkau diberikan nikmat sehat dan kemudahan dalam melakukan aktifitas sepanjang hari. Engkaulah pelita hidupku, dan yang menuntun anak-anakmu menjadi orang sukses. Ibu, engkaulah pahlawan sejatiku. Bagaimana pendapat Anda?

Surabaya, 15 Oktober 2019

Cak Deky

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *