SURABAYA, Beritalima.com|
Kebijakan pemerintah soal penanganan virus Covid-19 sudah lebih baik dibanding dua tahun lalu. Hal itu disampaikan Pakar Biostatistika Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR) Dr Windhu Purnomo dr MS saat ditemui UNAIR NEWS pada Senin (23/5/2022).
Dr. Windhu menyebut, kebijakan penanganan Covid-19 saat ini selalu berbasis data atau informasi yang baik. Artinya, saat ini pemerintah menerapkan kebijakan-kebijakan yang dibuat tidak hanya berdasar asumsi.
“Awal Covid-19 hingga satu tahun pandemi, kebijakan yang dilaksanakan pemerintah ada kalanya masih berdasar asumsi. Namun, sekarang lebih baik karena berdasar data,” sebutnya.
Libur Panjang
Berdasar data epidemiologi, tren lonjakan kasus Covid-19 juga membaik. Mengingat, beberapa tahun sebelumnya, ketika masuk libur panjang masyarakat dilarang untuk liburan.
“Dua minggu pasca-Lebaran atau hari libur panjang lain, nah itu biasanya diikuti dengan terjadinya pelonjakan kasus COVID-19,” katanya.
Pasca-Lebaran dan libur panjang, imbuh Dr. Windhu, kasus Covid-19 tahun lalu selalu naik. Itu terjadi dua minggu hingga empat minggu pasca-libur panjang tersebut. Dibanding saat ini, tentu tren tersebut berbeda. Pada libur Lebaran 2022, terjadi mobilitas penduduk yang massif yang tidak diikuti dengan lonjakan kasus.
“Memang sudah diperbolehkan mudik, asal sudah vaksin dua dosis atau yang sudah vaksin booster tanpa perlu tes antigen maupun swab. Itu membuat orang yang bepergian jauh lebih tinggi dibanding pra-pandemi,” ungkapnya.
Minim Lonjakan Kasus
Dr Windhu menyebut, pergerakan manusia itu sangat luar biasa. Namun, setelah mudik Lebaran, tidak terjadi pelonjakan kasus yang signifikan. Sangat berbeda dengan tahun yang lalu, terjadi lonjakan kasus seusai libur panjang.
“Hari ini itu tidak terjadi. Ditunjukkan oleh indikator angka positivitas (jumlah orang yang positif dibagi jumlah orang yang dites baik PCR maupun antigen) yang sangat rendah,” tegasnya. (Yul)