JAKARTA, Beritalima.com– Kelapa sawit merupakan salah satu produk pertanian pemasok devisa terbesar buat negara setelah pajak. Namun, belakangan nasib petani kelapa sawit Indonesia cukup memprihatinkan akibat anjloknya harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit petani.
Karena itu, Wakil Ketua DPR RI, Fadli Zon meminta pemerintah dibawah pimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) memperhatikan nasib petani kelapa sawit di tanah air.
Politisi senior Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) tersebut menyarakankan agar pemerintah melakukan intervensi kebijakan pasar, agar nasib petani bisa lebih baik dari pada kondisi saat ini.
“Perlu ada intervensi dari pemerintah, terutama menyangkut petani kelapa sawit. Kalau korporasi sudah punya mekanisme, karena mereka pasti mendapatkan untung. Size-nya kan besar. Kalau petani size-nya kecil, sehingga economic skill-nya pun kecil,” papar Fadli di Gedung Nusantara III Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (2/9).
Dikatakan, TBS sawit saat ini hanya dihargai Rp500 hingga Rp600 per kg. Padahal usia produktif TBS baru bisa dipetik setelah berumur 10 tahun.
“Masak merawat kelapa sawit sekian lama hanya dihargai Rp 500 sampai Rp600 per kg. Ya, benar-benar nasib petani sawit Indonesia saat ini semakin terjepit,” kata wakil rakyat Dapil Provinsi Jawa Barat V itu.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra itu mengatakan, pemerintah dibawah pimpinan Jokowi perlu membela nasib petani kecil atau wong cilik. “Ini perlu ada keberpihakan. Harusnya ada BLU yang memberikan dukungan kepada para petani kelapa sawit.”
Parahnya lagi, pengumpul tidak mau membeli hasil sawit petani, karena pabrik melakukan pembatasan. Akibatnya, harga TBS di tingkat petani kian hari semakin merosot. Jika dibiarkan, petani sawit bakal gulung tikar karena tidak mendapat keuntungan.
Semestinya pabrik bisa menampung, karena pabrik juga membutuhkan bahan material, bahan mentah untuk diolah menjadi CPO. Harus ada mekanismenya.
“Jangan sampai mereka dipersulit, sehingga pabrik mendapatkan harga yang murah. Ini yang perlu dikontrol melalui kebijakan dari pemerintah,” jelas Fadli.
Akar permasalahannya, kata Fadli, karena suplai TBS banyak, ditambah lagi kebun sedang panen raya. Akibatnya tentu saka pabrik tidak dapat menampung buah TBS yang ada, sehingga harga sawit dipermainkan.
“Seiring bertambahnya jumlah kebun petani non plasma atau petani tradisional, hendaknya diiringi penambahan jumlah pabrik pengolahan sehingga sawit petani dapat diserap pabrik,” demikian Fadli Zon. (akhir)