JAKARTA, Beritalima.com– Wakil Ketua Umum partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia, Fahri Hamzah menilai, sekolah mandiri atau lebih akrab disebut Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang berlakukan Pemerintah Joko Widodo (Jokowi) di tengah pandemi virus Corona (Covid-19) memiliki ekses negatif terhadap perkembangan kepribadian anak secara luas.
Anak sering lupa waktu, suka bermain game dan media sosial (medsos) ketimbang fokus belajar secara mandiri, meski sudah dibimbing oleh orang tua. Ekses negatif lainnya, kurang menghormati norma agama. “Lapor Mas Menteri! (Mendikbud Nadiem Makarim, red). Kemarin numpang sholat di rumah saudara sekitar jam 22.00. Di samping saya sholat, ada 3 anak main gadget, 1 nonton YouTube, 1 main game dan 1 lagi main Tiktok dengan HP ibu dan bapaknya yang terbiasa dipakai sekolah,” tulis Fahri Hamzah diakun Twitter-nya, Kamis (30/7).
Fahri dalam keterangannya, Jumat (1/8) menegaskan, untuk melakukan sekolah mandiri ini tidak semua memiliki akses jaringan, gadget maupun paket data. Apabila orang tua siswa seorang yang berkecukupan, tentu hal itu tidak menjadi masalah karena kebutuhan anak mereka akan dipenuhi. Yang miskin akses, bisa frustrasi, tidak bisa berbuat apa-apa, guru dan kelas mereka menjadi tidak terjangkau.
Bahkan bagi anak yang kaya akses dan paket data pun, juga bisa membuat mereka menjadi penghuni dunia maya yang palsu, hidup menonton layar kaca (tanpa pengawasan) yang bisa merusak mata, otak dan hati. “Mata, otak dan hati anak-anak kita akan rusak, mereka akan menjadi penghuni dunia maya yang palsu,” kata Fahri.
Menurut Fahri, daripada menerapkan kebijakan sekolah mandiri dengan sistem PJJ yang sudah terbukti memiliki akses negatif yang luas bagi anak, maka selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Nadiem lebih baik mengembangkan infrastruktur digital pendidikan rakyat untuk memajukan pendidikan Indonesia.
Nadiem dianggap memiliki pengalaman sukses membuat infrastruktur digital bagi tukang Ojek Online (Ojol) yang dikenal dengan aplikasi Gojek, yang diluncurkan pada 2015 lalu. Hasil karya Nadiem Makarim ini menjadi salah satu startup transportasi online yang berhasil menyandang gelar ‘Unicorn’, serta memantapkan diri sebagai startup pertama asal Indonesia.
“Mas Menteri punya jejak sukses bikin infrastruktur digital bagi tukang ojek. Mengapa tidak diteruskan dengan infrastruktur digital bagi pendidikan rakyat? Dana Kementerian Pendidikan adalah yang terbesar dan mandatori konstitusi kita 20 persen APBN tiap tahun. Ayo Mas Menteri Kita Bisa!” kata mantan Wakil Ketua DPR 2014-2019 ini. (akhir)