Fasilitator Kelompok Tani Kopi dan Kakao Bajawa Ikut Sekolah Lapang Iklim

  • Whatsapp

KUPANG, beritalima.com – Pertama kalinya, BMKG Stasiun Klimatologi Kelas II Kupang menggelar Training of Trainer (TOT) Sekolah Lapang Iklim (SLI) bagi fasilitator kelompok tani kopi dan kakao, Bajawa, Kabupaten Ngada Nusa Tenggara Timur. Kegiatan ini berlangsung di kantor BMKG Stasiun Klimatologi Kelas II Kupang, Rabu (26/6).

Apolinaris S. Geru, SP, M.Si ketika membuka kegiatan TOT SLI mengatakan, kegiatan SLI ini berbeda dengan SLI yang senantiasa BMKG lakukan, terutama pada tahun ini sudah dilakukan tiga kali. Namun, kali ini yang disponsori oleh dua lembaga (Stockholm Environment Institut Swedia dan Su-re.co (sustainability & resilience.co) tersebut, yaitu SLI ini tentang kopi dan kakao.

Kegiatan ini ini adalah merupakan SLI pertama kali di bidang perkebunan untuk mendukung peningkatan produksi kopi dan kakao.

Dikatakan Apolinaris Geru, peserta yang ikut dalam kegiatan ini adalah dari Lapmas Kabupaten Ngada dan fasilitator kopi dan kakao. Dimana kegiatan ini berlangsung seharian penuh, dengan materi – materi tentang informasi iklim dan pemahaman informasi iklim, sehingga ke depan diharapkan setelah pelatihan ini para fasilitaror tersebut dapat menjadi mediator dan corong informasi iklim bagi kelompok tani binaan di Kabupaten Ngada.

Selanjutnya dia mengatakan, kegiatan ini SLI kopi dan kakao juga masih akan dilaksanakan pada Agustus dan September 2019 mendatang, yaitu pertemuan di lapangan.

“ Nanti kami (BMKG) akan turun ke Bajawa untuk melihat kondisi seperti apa perkembangan kopi dan kakao di sana, dan juga bagaiamana pemanfaatan informasi iklim untuk mendukung mutu maupun hasil dari kopi sendiri,” kata dia.

“ Karena kita tahu kopi Bajawa terkenal ke seluruh dunia, sehingga dengan adanya SLI ini sangat mendukung. Jadi kita tingkatkan antisipatif berkaitan dengan kejadian cuaca ekstrim minimal bisa menghindari,” kata Geru menambahkan.

Diharapkan setelah kegiatan ini, bisa dikembangkan sendiri, dan bisa juga menyampaikan para anggota atau kelompok yang lain supaya sama – sama menerapkan. Dan, pada akhirnya bisa mendukung peningkatan hasil, keamanan dan peningkatan pangan.

Ricardus Luga, Direktur Lampas Ngada mengatakan, kegiatan SLI ini bagian dari pada kontribusi atau niat baik dari BMKG, Stockholm Environment Institut Swedia dan Su-re.co (sustainability & resilience.co) barkaitan dengan bagaimana produksi ketahanan pangan.

Karena sejauh ini terkait dengan urusan perkebunan untuk kopi dan kakao dengan situasi anomali cuaca yang sejauh ini petani sangat minim dengan informasi tentang iklim.

“ Ini dapat bagaimana peningkatan produktivitas dari aspek hulunya, dan juga di hilir ketika kita melakukan pengolahan pasca panen itu, kadang sering terjadi kegagalan panen karena kita tidak memiliki informasi iklim, sehingga kadang kita hanya menggunakan kalender alam,” ujarnya.

Dengan adanya kegiatan SLI ini, sangat membantu para kelompok tani, karena sudah mendapatkan pengetahuan dan informasi tentang iklim.

“ Pengetahuan yang kami dapatkan dalam diskusi dengan BMKG, Stockholm Environment Institut Swedia dan Su-re.co (sustainability & resilience.co) akan kami bagikan kepada petani kopi maupun petani kakao,” kata dia menambahkan.

Menurut Ricardus, di Bajawa, Kabupaten Ngada ada tiga daerah penghasil kopi, yakni kecamatan Bajawa, Golewa Barat dan kecamatan Golewa. Tiga kecamatan penghasil kopi ini yang merupakan wilayah pendampingan Lapmas sebagai NGO lokal. Sedangkan kelompok binaan berjumlah 45 kelompok, dimana dalam satu kelompok standar minimal 25 orang.

“ Jadi sebanyak 45 kelompok itu adalah petani – petani yang kita dampingi langsung. Selain itu, ada petani – petani yang mungkin tidak terlibat kegiatan kita dalam urusan kopi ada kader – kader yang kita latih untuk bisa membina petani – petani yang lain,” tambah Ricardus. (L. Ng. Mbuhang)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *