Fenomena Mahasiswa Pengemis di Metropolitan Makassar

  • Whatsapp

Oleh: Mirdana Ayu Ningsih

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UMI Makassar

Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi baik di universitas, institute atau akademi.

Tetapi pada dasarnya maknanya tidak sesempit itu, menyandang gelar mahasiwa merupakan suatu kebanggaan sekaligus tantangan.

Tanggung jawab mahasiswa begitu besar, mereka inilah agen pembawa perubahan , menjadi orang yang bisa memberikan solusi bagi permasalahan yang sedang terjadi masyarakat suatu bangsa .

Ada fenomena menarik di
Makassar, setiap kali ada bencana alam, banjir, tanah longsonr, gempat dan
tsunami serta kebakaran yang menelan korban jiwa dan kerugian material.

Maka mahasiswa yang ada di Kota Makassar dengan alasan membantu meringankan beban para korban bencana melakukan aksi galang dana baik itu dalam bentuk menjual barang ataupun meminta partipasi dari pengguna jalan.

Namun yang sering ditemui adalah mahasiswa yang terjun langsung kejalan jalan umum. Para mahasiswa itu meminta partisipasi dari masyarakat, dipersimpangan (traffic light).

Mereka membawa kotak yang bertuliskan bantuan untuk korban bencana dan sejenisnya. Para mahasiswa itu mengenakan pakaian seragam almamater dari masing masing kampus baik mahasiswa yang laki laki ataupun yang perempuan .

Setiap lampu merah yang menyala , mereka akan mendekati kendaraan yang berhenti , baik motor ataupun mobil menyodorkan kardus tersebut guna meminta partisipasi pengguna jalan.

Pemandangan ini ini bisa di jumpai pada siang hari ataupun malam hari, mahasiswa seperti tak mengenal rasa lelah. Telah menjadi solusi saat ini jika terjadi suatu musibah bencana di negeri ini.

Maka mahasiswa menjadikan jalan raya untuk membantu meringankan beban tersebut sehingga muncullah kata kata, Mahasiswa Pengemis setiap melihat hal ini terjadi.

Entah hal tersebut bisa dikategorikan sebagai hal mengemis atau sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama .

Tetapi fenomena akhir akhir
ini , seperti terlalu banyak mahasiswa yang turun langsung di sepanjang jalan
dan dilakukan hampir setiap saat ada bencana.

Kenyataan ini menyebabkan kita berfikir dari sisi positif hingga ke negatifnya. Pikiran negative tersebut, apakah bantuan itu secara benar disalurkan kepada korban atau masuk ke “ saku “ .

Apalagi di jaman sekarang ini kejahatan baik secara langsung atau tidak langsung bisa saja terjadi . tidak bisa dipungkiri juga , setiap melihat mahasiswa yang turun di sekitaran traffic lights membuat kita jadi berfikir seperti itu .

Hal yang terjadi juga adalah tidak bisa membedakan lagi mahasiwa yang betul
betul menggunakan uang yang didapat dari hasil pungutan pungutan dari pengguna
jalan untuk bantuan sosial atau tidak.

Ada kalanya saat mahasiswa mendekati dengan membawa kotak untuk bantuan korban bencana , kita seperti takut apakah akan memberikan partisipasi atau tidak.

Pengguna jalan juga tidak bisa disalahkan sekali lagi , itulah yang mengubah pikiran tentang mahasiswa yang turun kejalanan untuk meminta partisipasi dari pengendara .

Melihat hal seperti ini ,
seharusnya mahasiswa tidak hanya turun kejalan saja , lebih baik membuat
kegiatan yang bermanfaat sembari meminta partisipasi dari masyarakat .

Seperti mengadakan festival bertajuk peduli social atau acara acara social lainnya . tidak turun kejalan saja setiap hari karena ditakutkan akan membuat kepercayaan masyarakat kepada kita mejadi berkurang.

Adanya festival atau acara acara peduli sosial , kereatifitas mahasiswa benar benar akan mendapat respon positif.

Dari hal tersebut juga bisa mengubah mindset masyarakat tentang “ Mahasiswa Pengemis “ yang hanya bisa meminta minta pasrtisipasi dari para pengendara jalan di sekitaran traffic lights .

beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *