BANYUWANGI Beritalima.com – Pemkab Banyuwanyi kembali mengangkat tema sungai dalam ajang wisata Banyuwangi Festival. Pada tahun 2017 ini, kembali digelar Festival Kali Bersih, sebuah festival yang ingin menjadikan sungai sebagai bagian penting wajah daerah. Kali dalam bahasa setempat berarti sungai.
Peluncuran Festival Kali Bersih ini digelar Sabtu (8/4) di Sungai Dam Durahhman, Dusun Cungkingan, Desa Badean, Kecamatan Blimbingsari, dan dibuka oleh Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Mengawali Festival Bupati Anas menyusuri sungai yang nampak bersih menggunakan perahu. Anas juga menebarkan benih ikan nila merah sebanyak 5000 ekor ke dalam sungai yang juga telah disulap cantik dengan warna warni di sepanjang plengsengannya.
“Saya sengaja memilih sungai di Desa ini karena tadinya kotor. Warga menggunakannya untuk berbagai aktivitas. Kita ingin kebiasaan ini berubah ” kata Anas saat membuka festival.
Bupati Anas mengatakan, menjadikan sungai sebagai elemen penting dari sebuah daerah bukanlah hal yang mudah. Upaya itu membutuhkan waktu, mengingat budaya masyarakat yang masih menjadikan sungai sebagai pembuangan limbah. Festival pun dipilih Anas sebagai salah satu cara, karena sifat festival yang identik dengan hal menyenangkan, dan diharapkan bisa menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi.
“Edukasi memang harus dilakukan terus menerus. Kita ingin warga aktif menjaga kebersihan sungai, bahkan ikut mempercantiknya,” terang Anas.
Sejumlah dam di Banyuwangi pun mulai bersolek lewat program Banyuwangi Berwarna. Dam dan pintu air dicat menarik yang akhirnya mulai berubah menjadi destinasi wisata baru. Di antaranya Dam Gembleng, Srono, Dam BLC Cluring, dan Dam Setail Genteng. Selain dam, Banyuwangi juga telah mempercantik sungai yang melintasi kotanya, di antatanya Sungai Lo.
“Berkat dam dan sungai dipercantik dan ramai sebagai tempat wisata, membuat warga sekitar akhirnya jadi malu buang sampah dan limbah sembarangan di sungai. Apalagi kita telah pasang CCTV di titik tertentu dekat sungai yang melewati wilayah padat penduduk,” ujar Anas.
Menurut Anas, kebersihan sungai punya andil dalam menentukan daya saing wisata. Kebersihan sungai juga berpengaruh pada banyaknya sampah yang mengotori laut. Wisatawan sangat menikmati daerah yang lingkungannya bersih, termasuk sungainya.
“Apalagi sungai di Banyuwangi, bangunan dam-nya ada yang dibangun era kolonial Belanda, jadi ada history yang bisa jadi cerita. Ini menarik sekali kalau bisa jadi salah satu destinasi wisata, melengkapi destinasi lainnya,” jelas Anas. Banyuwangi sendiri memiliki 116 sungai dengan total panjang mencapai 1.207 km.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Banyuwangi, Chusnul Chotimah menambahkan, upaya lain dari pemkab untuk mengurangi budaya buang sampah di sungai adalah menyediakan lahan di darat untuk tempat pembuangan sampah.
“Kami tengah menyiapkan Peraturan Bupati (Perbup) yang mengatur tentang pengawasan sungai yang di dalamnya ada sanksi bagi pembuang sampah di sungai. Sungai juga akan kami tebar ikan, yang bisa untuk mengukur tingkat polusi sungai. Semua upaya ini untuk mengembalikan fungsi sungai sesuai peruntukannya,” kata Husnul.
Festival Kali bersih ini juga dirangkai dengan Festival Merdeka dari sampah. Sebelumnya telah digelar rangkaian acara untuk mengatasi permasalahan sampah masyarakat. Salah satunya Pemkab mencanangkan adanya pendirian tempat pembuangan akhir (TPA) mandiri di setiap desa. Diharapkan di setiap desa Banyuwangi memiliki TPA dengan luas 1000-3000 m.
“Di desa banyak sampah organiknya, apabila diolah bisa bermanfaat untuk pertanian. Inilah salah satu program yang akan dikelola TPA tingkat desa. Selain itu desa yang memiliki sungai juga diminta menyediakan tempat sampah di sepanjang sempadannya agar warga tidak buang sampah ke sungai. Kita juga ada program edukasi untuk anak anak sekolah TK dan SD untuk buang sampah pada tempatnya ,” pungkas Khusnul.(*/abi)