Pasaman Barat – Untuk mencegah deviasi pemahaman masyarakat pada literasi, Forum Pegiat Literasi (FPL) Pasaman Barat menggelar Workshop Peningkatan Kapasitas Pegiat Literasi Pasaman Barat, pada Sabtu 13 Maret 2021 di Cafe & Resto Lathifa, Jalur 32 Jorong Pasaman Baru, Kabupaten Pasaman Barat.
Workshop tersebut baru pertama kalinya diadakan oleh FPL Pasaman Barat, beberapa tokoh tampil menjadi narasumbernya, yaitu: Denni Meilizon (FPL Pasaman Barat), Joel Pasbar (Novelis), Surya (Ketua Pandah ArtGreen Maligi), Dasril B. (Plt. Wali Nagari Sinuruik), Ida Yanti (Pengelola Pustaka Nagari Desa Baru Ranah Batahan), Roby Zr (Penggerak Geopark Talamau), Eko Darmawan (Pegiat Wisata Pasbar), dan Decky H. Sahputra (Ketua KolaborAksi Kemanusiaan Pasaman Barat / KKPB). Acara yang dimoderatori oleh Sulas Sky dan Idris Hamzah tersebut diikuti oleh 25 peserta dari berbagai latar belakang pendidikan dan profesi.
Muhammad Q. Abdan Sholihan, selaku Ketua Panitia kegiatan tersebut saat kami wawancarai pada saat acara berlangsung mengatakan, penyelenggaraan kegiatan workshop peningkatan kapasitas tersebut bagi para anggota FPL Pasaman Barat terasa sudah perlu dilakukan, karena perkembangan gerakan dan kuatnya keinginan FPL Pasaman Barat untuk ikut masuk dan berkegiatan dalam pemajuan literasi di Pasaman Barat.
“Beberapa bulan ini kita memang melakukan sosialisasi dan rekrutmen calon pegiat baru. Lokus gerakan FPL Pasaman Barat kian luas dan kian diperhitungkan. Sebab itu, sesuai pembicaraan internal, diusulkanlah penyelenggaraan kegiatan ini,” kata Muhammad Q. Abdan Sholihan, Aktivis Mahasiswa Pasaman Barat yang sering berkolaborasi dengan elemen milenial di Pasaman Barat.
Denni Meilizon, Ketua FPL Pasaman Barat saat memaparkan materinya sebagai Narasumber mengatakan, workshop tersebut diadakan untuk berbagi pengalaman dalam berbagai bidang literasi, karena masih banyak masyarakat yang belum memahami konsep literasi, sehingga timbul persepsi bahwa literasi itu identik dengan kegiatan membaca saja, padahal literasi memiliki makna yang luas.
“Literasi adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan berbahasa,” kata Denni Meilizon.
Decky H. Sahputra, Ketua KolaborAksi Kemanusiaan Pasaman Barat / KKPB saat tampil pada workshop tersebut mengajak para pegiat literasi untuk memanfaatkan bahan narasi yang melimpah yang tersedia di Pasaman Barat.
“Kekayaan budaya, kepingan sejarah, dan adat tradisi beragam masyarakat yang heterogen di Pasaman Barat menanti untuk kita tulis dan menjadi kebanggaan kepada dunia,” kata Decky H. Sahputra.
Sementara itu, Sastrawan Pasaman Barat, Joel Pasbar saat tampil pada sesi ‘Menulis itu Mudah’ memaparkan bagaimana langkah-langkah untuk menjadi seorang penulis.
“Tidak terlalu sulit sebenarnya untuk menulis. Sangat tergantung pada kemauan pribadi, mau atau tidak,” kata Joel Pasbar, yang baru saja merilis novel ‘Terpijak Tanah Rantau’.
Dasril B., S.Pd, Plt. Wali Nagari Sinuruik Kecamatan Talamau, yang getol menggaungkan ajakan bertagar #TerusBergerak (yang kemudian dipakai sebagai slogan FPL Pasaman Barat) pada workshop tersebut didapuk menyampaikan paparan konsep ‘Membangun Nagari dengan Cinta’. Dasril B. dengan semangat menularkan proses kerja baik, mengembangkan Nagari Sinuruik, dari daerah tidak terpetakan menjadi nagari yang indah, lestari dan diperhitungkan hingga tingkat nasional.
Dasril B. adalah anggota relawan literasi gelombang pertama Kantor Pustaka dan Arsip Pasaman Barat (sekarang Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Pasaman Barat) yang dibentuk beberapa tahun silam, ia mengatakan bahwa semua itu merupakan impact dari pemahaman manfaat literasi yang kemudian diterapkan dengan terencana dan terukur.
“Sekarang di rumah kediaman kami, bersama istri yang guru Sastra dan Bahasa Indonesia, kami membangun pondok pustaka dan literasi yang kini sudah dimanfaatkan oleh anak-anak di sekitarnya untuk berlatih menulis puisi. Kenapa puisi? Sebab saya percaya dengan mendalami puisi, anak-anak dapat terbentuk kepekaan jiwanya, memahami kehidupan sampai ke kedalaman filosofisnya,” kata Dasril B.
Surya yang berasal dari Maligi, sebuah daerah pantai di Kecamatan Sasak Ranah Pasisie, memaparkan gerakan literasi berkonsep penjagaan alam.
“Alam, yakni hutan dengan flora dan faunanya, gunung dan perbukitan, laut dan biota di dalamnya adalah ‘kakak kandung tua’ manusia. Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak melestarikannya dengan menjaga dan memahami tabiat dan kebutuhannya,” kata Surya, Pemuda Pelopor Sumatra Barat tahun 2019.
Pada kesempatan yang sama, melengkapi materi yang disampaikan oleh Surya, Robby selaku Ketua Harian Percepatan Geopark Talamau menyosialisasikan tentang Geopark Talamau dan pentingnya dukungan pegiat literasi sebagai bagian penguatan pilar culture diversity.
Ida Yanti Pengelola Pustaka Nagari Desa Baru Kecamatan Ranah Batahan tampil pada sesi terakhir, ia berbagi suka duka pengelolaan pustaka nagari.
Acara Workshop Peningkatan Kapasitas Pegiat Literasi Pasaman Barat dimeriahkan oleh Alya Aqeela Al-Humaira, Siswi kelas VII SMP IT Alkahfi – Pasaman Barat, ia tampil membacakan puisi berjudul ‘Odong-Odong Fort de Kock’ karya Deddy Arsya, Penyair asal Sumatera Barat. Sebagai konsumsi, hadirin disajikan Kacang Randang Talu dan Kipang Maligi, dua kuliner tradisi Pasaman Barat.
“Mari terus bergerak menyebarkan virus baik literasi, terutama di Pasaman Barat, Negeri Mekar Tuah Basamo ini,” kata Denni Meilizon.
(Dilaporkan oleh Muhammad Fadhli)