SURABAYA, Beritalima.com-
Tiga mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) berhasil lolos pendanaan PKM RSH Kemendikbud Ristek. Tim yang beranggotakan Anggita, Mirna Dea Listiani dan Nur Lailatul Aini, berasal dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB). Tim itu menggagas inovasi bertajuk Strategi Konservasi Budaya: Penyelamatan Eksistensi Bissu Bugis dari Ancaman Kontroversi LGBT.
Belakangan ini, budaya Bissu Bugis mendapatkan persepsi negatif di media sosial. Pasalnya, pakaian dan riasan yang digunakan saat pertunjukkan kerap dikaitkan dengan ciri khas LGBT. Berangkat dari keresahan tersebut, ketiga tim ini merumuskan strategi konservasi budaya melalui gagasan PKM nya.
“Stigma negatif yang dihadapi Bissu Bugis bermula dari persepsi masyarakat yang mengaitkan penampilan mereka saat pentas dengan LGBT. Contohnya, pakaian dan rias wajah yang terlihat feminin. Hal ini juga marak diperbincangkan di media sosial dan berpotensi mereduksi nilai budaya Bissu Bugis yang kompleks,” ungkap Anggita.
“Kami ingin membuktikan bahwa bissu bukan bagian LGBT. Melalui gagasan ini, kami ingin menjaga kebudayaan Bissu Bugis agar tidak hilang. Selain itu, kami ingin masyarakat dapat mengenal salah satu kebudayaan unik yang berasal dari Bone ini,” imbuhnya.
Bukan hal yang mudah dalam mencapai prestasi ini. Pasalnya, tim itu harus menjalani serangkaian tahapan. Mulai dari pembekalan PKM oleh universitas, pelaporan kemajuan proyek secara berkala, hingga konsultasi dengan dosen untuk mendapatkan masukan.
Lebih lanjut, Anggita menyebutkan bahwa penelitian itu berkolaborasi dengan puang matoa (Bissu Bugis) dan lembaga kebudayaan setempat. Tidak tanggung, mereka bahkan harus terbang ke ‘Bumi Arung Palakka’ untuk mengumpulkan data langsung dan memastikan keakuratan temuan mereka.
“Proses ini tidaklah mudah. Awalnya, kami hanya iseng mengajukan proposal. Namun, kami tidak menyangka bisa menjadi salah satu tim yang berhasil menerima pendanaan PKM Dikti,” tuturnya.
Anggita berharap, penelitian timnya dapat menjadi landasan untuk merumuskan kebijakan yang mendukung pelestarian kebudayaan Bissu Bugis. Lebih lanjut, ia berharap penelitiannya dapat memberikan kontribusi nyata terhadap inklusivitas masyarakat.
“Harapan kami, penelitian ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik kepada masyarakat tentang keberadaan. Selain itu, kami ingin masyarakat menyadari urgensi pelestarian kebudayaan Bissu Bugis agar tidak punah,” sambungnya.(Yul)