JAKARTA, Beritalima.com– Sepanjang 2014-2019 perekonomian Indonesia hanya tumbuh pada kisaran lima persen. Karena itu, Sri Mulyani dkk yang berada dalam tim ekonomi Kabinet Kerja jilid I harus segera diganti Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Hal itu terungkap dalam Dialetika Demokrasi dengan nara sumber politisi senior PDI Perjuangan, Effendi Simbolon, Sekjen Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Johnny G Plate dan Pengamat Komunikasi Politik Dr Arie Djunaidi di Press Room Gedung Nusantara III Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (15/8).
Politisi senior Effendi Simbolon mengatakan, apa yang mau dibanggakan Sri Mulyani Indarwati dkk kalau tumbuh pada kisaran lima persen. “Kalau ekonomi Indonesia bisa tumbuh tujuh persen bolehlah dibanggakan,” ungkap wakil rakyat dari Dapil Jakarta III tersebut.
Pada kesempatan tersebut, pria kelahiran Banjarmasin, Kalimantan Selatan ini mengatakan, stagnan-nya pertumbuhan ekonomi membuat daya beli masyarakat melemah. “Saya sudah sejak dari dulu mengkritisi tim ekonomi Jokowi. Sampai sekarang tidak ada perubahan. Ke depan, tim ekonomi ini harus diganti,” kata dia.
Pria bernama lengkap Effendi Muara Sakti Simbolon ini juga menyinggung tentang pernyataan Ketua Umum Nasdem, Surya Paloh dalam di Universitas Indonesia beberapa hari lalu yang menyebutkan bahwa ekonomi Indonesia sudah kapitalis dan leberal, sudah melenceng jauh, tidak lagi seperti yang dicita-citakan para pendiri bangsa.
“Pernyataan Bang Surya itu saya nilai luar biasa. Beliau tokoh politik, tokoh nasional yang punya jam terbang tinggi. Bukan politisi seminggu dua minggu. Rasanya sekarang ini pemerintahan nawacita tapi rasa kapitalis dan liberalis,” kata dia.
Selain itu, statemen Jokowi di media yang mengatakan, jaksa agung dari unsur non partai. “Ini juga menarik karena ada statment yang jelas dan tegas dari Presiden. Kita mengetahui lima tahun ini, itu dikuasai salah satu parpol politik..dan terindikasi kuat memang sangat di untungkan denga keberadaan existing dari sebuah partai itu,” kata demikian Effendi MS Simbolon. (akhir)
