SURABAYA — KEGIATAN bisnis konstruksi di tahun 2022 mendatang, diprediksi meningkat dan lebih menjanjikan. Dibanding tahun 2021 ini, bisnis konstruksi diperkirakan tumbuh 7,8 persen.
Pakar konstruksi yang juga Ketua Ikatan Alumni ITB (Institut Teknologi Bandung) Jawa Timur ini, mengungkapkan hal itu, saat webinar nasional, Sabtu, (4/12/2021). Bahkan pengusaha properti ini juga meramalkan pendapatan rara-rara pengusaha kontraktor di Indonesia bisa mencapai Rp 17.9 miliar tahun 2022
Tahun-tahun sebelumnya pendapatan tahunan rara-rata di bawah 10 miliar rupiah, atau hanya sekitar 7,4 miliar rupiah. Sedangkan pada tahun 2022 ada kenaikan yang cukup signifikan, yakni sekitar 250 persen.
Menurut Gatut, angka-angka tersebut diperoleh dari nilai proyek pemerintah (infrastruktur), swasta (perumahan) dan BKPM pengembangan investasi Di samping itu di ibukota negara yang baru.
Pemerintah pusat menyiapkan dana APBN sekitar 420 triliun rupiah. Pemerintah provinsi dengan APBD sebesar 79.8 triliun rupiah dan APBD Kabupaten/Kota, sekitar 112 triliun rupiah. Sehingga total 611,8 triliun rupiah.
Dari sektor swasta yaitu realestat dan properti dengan pembangunan rumah sederhana sampai mewah sekitar 460 rihu unit. Untuk prasarana konstruksinya bernilai sekitar 270 triliun rupiah. Perkiraan dari BKPM 14.6 triiliun rupiah dan IKN 0.5 trilun rupiah. Sehingga menurut Gatut, total nilai konstruksi pada tahun 2022, adalah 896,9 trilyun rupiah.
Mantan Ketua REI Jatim ini, menyebut, jumlah badan usaha konstruksi terus merosot. Tahun 2019, ada sekitar 139 ribu badan usaha. Tahun 2020 turun menjadi 128 ribu, dan pada tahun 2021 merosot tajam hanya 17.724 badan usaha yg terdaftar di LPJK (Sept 2021).
Penurunan itu, ujar Gatut, karena sejak akhir Desember 2020 LPJK ditarik ke pusat oleh Kementerian PUPR Dampaknya, pelayanan perijinan badan usaha stagnan atau tidak optimal. Sampai akhir tahun 2021 diperkirakan tidak akan lebih 30.000 badan usaha yg memperoleh sertifikasi. Bahkan, sekitar 90 ribu badan usaha konstruksi “kelimpungan” tidak diketahui nasibnya. Ini artinya sama dengan jumlah kontraktor merosot tajam tinggal 35 persen dari tahun 2020.
Gatut Prasetyo, yang pernah menjabat pengurus REI Jatim selama 15 tahun itu, memperkirakan, badan usaha yang mendapat sertifikasi pada tahun 2022 hanya sekitar 50 ribu perusahaan. Belum mampu menembus diatas 100 ribu perusahaan sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.
Kendati sudah menggunakan sistem pendaftaran dengan digitalisasi atau online, agar bisa memangkas jarak dan waktu, ternyata biaya lebih mahal, ujar Gatut yang juga Ketua Gapeksindo selama 10 tahun lebih itu. Sebab, katanya,
sistem online belum sempurna, serta peraturan semakin ketat.
Yang memberatkan lagi, badan usaha harus punya peralatan. Padahal sebelumnya boleh menyewa. Untuk mendapatkan sertifikasi harus melalui PT LSBU, dan masih harus menjadi anggota asosiasi. Dengan ketentuan ini, jelas pembiayaan ganda bagi badan usaha yg bergerak dalam bidang konstruksi.
Dari data angka yg cukup realistis tersebut, nilai konstruksi hampir 897 triliun rupiah. Lalu dihitung dibagi 50 ribu badan usaha konstruksi, rata-rata pendapatan perusahaan konstruksi bisa mencapai 17,9 miliar.
Saat ini perusahaan konstruksi, terutama kelas menengah yang masih hidup akan berpeluang lebih baik. Sedangkan perusahaan kecil konstruksi, sangat berharap agar juga mendapat “kue” proyek secara proporsional. Di sini peran pemerintah dan PT LSBU (bertujuan komersial) sebagai penerbit sertifikat perusahaan konstruksi harus lebih mudah, cepat, dan murah dalam melayani.
Kegiatan Webinar Construction Outlook 2022 ini diselenggarakan oleh Kosigatra (Koperasi Gapeksindo Sejahtera Jatim,) dalam rangka peringatan 10 tahun. Koperasi ini lahir dari organisasi perusahaan Gapeksindo Jawa Timur, ujar Gatut.(yra)