“Dari berbagai temuan kami di lapangan, manuver ini jelas terlihat benang merahnya dengan kegelisahan para pedagang yang tidak lagi nyaman bila pemerintah punya kebijakan yang berpihak pada petani,” ungkap Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Pusat, Abdul Wachid, Jumat (20/6).
Seperti informasi beredar di kalangan wartawan, para pedagang gula dari berbagai kota telah secara khusus berkumpul di acara sarasehan digelar Soemitro Samadikun, Ketua APTRI versi Yogyakarta, yang dinilai telah ditinggal petani tebu.
Di sarasehan APTRI versi Soemitro yang digelar Jumat (20/6) di Grha Kebon Agung, Jalan Raya Margorejo Indah Kav A 131-132 Surabaya itu Piko diantara pedagang besar gula malah diminta secara khusus untuk bicara “Strategi Pemasaran Gula 2016.”
“Ini sesuatu yang aneh tapi nyata, organisasi menamakan petani malah seakan disetir oleh pedagang gula, dan apa namanya kalau bukan APTR boneka itu?,” papar Abdul Wachid, ketika dikonfirmasi per telpon soal ini.
Abdul Wachid mengatakan, kelompok Soemitro ini sepatutnya tidak lagi mengatasnamakan petani tebu karena telah dimosi tidak percaya dalam Munas APTRI Yogyakarta akhir 2015 lalu.
Dia juga mengemukakan, organisasi petani mustinya steril, jangan bias dengan kepentingan pihak lain, apalagi yang bertentangan. Kalau ada kebijakan seperti adanya kartu tani dan kebijakan pemerintah yang menjamin kepastian rendemen dan pembelian gula petani, maka harus di dukung.
“Lebih 60 persen gula petani itu masih rendemen di bawah 8,5 persen, sehingga kalau ada jaminan dari pemerintah adanya pembelian gula dengan rendemen 8,5 persen oleh PG milik BUMN itu hal yang harus didukung,” tegas Wakil Ketua Panja Gula DPR RI ini. (Ganefo)