Oleh: Birgaldo Sinaga
Cerita soal deklarasi damai di Monas masih diperbincangkan netizen. Sayangnya perbincangan itu bukan soal substansi deklarasi damai atau spirit deklarasi damai tapi melebar menjadi debat kusir soal aksi WO SBY yang baper saat ikut karnaval.
Ya uwislah. Soal SBY gak usah lagi dibahas. Kita lupakan saja. Toh SBY bukan pemain yang ikut kontestasi pilpres. Dibahas juga gak menarik. Ibarat membahas lagu lawas, udah hafal lirik dan nadanya jadi pasti garing.
Nah, yang asyik itu kalo mengusik dua jagoan calon RI 1 Jokowi dan Prabowo. Segala tindak tanduknya pasti menarik dicermati. Pemburu berita paling gencar membuntuti keduanya. Komentar dan ucapannya laku keras jika diberitakan. Maklum keduanya adalah tokoh sentral dalam politik tertinggi nasional saat ini.
Saya ingin menceritakan momen kecil kedua tokoh ini usai deklarasi damai Minggu kemarin. Kebetulan saya mengikuti keduanya usai bubar acara deklarasi.
Saat MC menyampaikan acara deklarasi telah berakhir, spontan pendukung Jokowi dari sisi utara masuk mengejar Jokowi. Paspampres langsung pasang kuda2 memagari Jokowi dari kejaran pendukung. Ada ratussan orang mendekati Jokowi hanya untuk bersalaman dan foto selfie.
Saya ikut membuntuti. Merekam momen itu sejak dari panggung utama sampai pintu keluar tempat parkir mobil Jokowi, sekitar 80an langkah. Seperti biasa, Jokowi dengan tenang dan sabar meladeni pendukungnya. Ia tampak menyodorkan tangannya ke pendukungnya. Sementara paspampres berusahan menutup akses pendukung mendekati Jokowi.
Beberapa kali tampak Jokowi menyodorkan tangannya di sela-sela pagar hidup paspampres. Beberapa orang berhasil menodong Jokowi untuk berfoto. Jokowi berhenti melangkah beberapa detik sampai orang tersebut berhasil memotret selfie. Ada juga paspampres ikut membantu memotret pendukung Jokowi.
Saya terus membuntuti Jokowi. Saya suka merekam momen2 sederhana itu. Dalam catatan saya sudah 8 kali saya menyaksikan kesabaran dan ketenangan Jokowi melayani rakyatnya untuk berjabat tangan atau sekedar selfie. Terakhir pada 2 September lalu saat Jokowi berkunjung ke tenda pengungsi Lombok.
Bagaimana dengan Prabowo?
Nah, ini menarik. Seumur2 baru kali ini saya bertemu Prabowo secara langsung. Kebetulan usai Jokowi pergi meninggalkan lokasi, Prabowo muncul. Sepertinya Prabowo baru saja keluar dari toilet mobile yang terletak tidak jauh dari tenda utama.
Seorang teman menyingkir dari kerumunan pengawal Prabowo yang memakai seragam baju Jawa lirik garis2 coklat padu blangkon. Saya memilih mengabadikan momen bersejarah ini. Naluri jurnalis saya membuncah.
Saya bahkan sampai lupa bahwa saya pakai kaos Jokowi dan tentu itu tidak baik berada dekat tim Prabowo. Tapi naluri saya lebih besar dari rasa was-was itu. Toh ini acara damai. Tidak dalam konteks debat kampanye. Jadi mengapa saya harus takut?
Saya melihat ramai wartawan mengejar Prabowo. Mereka bertanya sambil terus berjalan apa komentar Prabowo hari pertama kampanye. Prabowo membalasnya dengan senyum. Tak ada komentarnya. Sekejab dia berhenti lalu menggerakkan tarian patah2 di hadapan wartawan.
Tidak banyak pendukung Prabowo ikut membuntutinya. Hanya beberapa saja terlihat. Saya melihat ada dua orang remaja berhasil menerobos pengawalan. Lalu menjabat tangan dan mencium tangan Prabowo.
Seorang pria paruh baya berkaos oblong hitam juga berhasil menerobos. Ia ingin selfie dengan Prabowo. Ia meminta bantuan pengawal Prabowo agar memotret dirinya dan Prabowo. Sayangnya pemgawal Prabowo cuek. Akhirnya pria berkaos oblong hitam itu hanya tersenyum kecut ditinggalkan Prabowo tanpa dapat foto selfie.
Saya melihat ada dua style capres ini dalam melayani pendukungnya. Jokowi sepanjang pengamatan saya saat membututinya melayani pendukung atau rakyatnya sangat sabar dan luwes.
Jokowi sanggup menyalami orang dan foto selfie dengan tingkat kesabaran maha dewa. Bahkan saya melihat saat selfie, Jokowi memastikan foto yang dihasilkan harus benar2 bagus. Jika tidak bisa diulang. Tentu saja ini membuat orang yang ingin mendapat foto selfie itu tersanjung dan senang.
Saya tidak melihat hal yang sama dengan Prabowo. Karakter Prabowo yang ex tentara mungkin membuatnya kurang luwes dalam bersikap. Ia tidak memahami bahwa melayani pendukung yang mau foto itu adalah cara memuaskan harapan si pendukung. Bayangkan, si pendukung sudah menunggu lama dan berjuang mengejar susah payah begitu dapat kesempatan malah hilang begitu saja.
Nah ini terakhir momen yang luput dari pemberitaan tapi sebenarnya penting untuk diketahui publik.
Saat masuk kendaraan, saya tidak melihat mobil RI 1 dinaiki Jokowi. Biasanya Jokowi naik mobil sedan mercy, mobil kepresidenan. Saya melihat Jokowi naik mobil Inova Hitam. Mobil yang sama jenisnya saat dipakainya pada pilpres 2014 lalu. Ia kembali kepada karakternya yang sederhana. Menumpangi mobil rakyat kebanyakan. Mobil keluarga Indonesia.
Jokowi tidak pake mobil kepresidenan karena Jokowi tahu gawean yang diikutinya adalah gawean tahapan kampanye pilpres. Jokowi saat itu adalah seorang capres. Bukan sebagai presiden. Tapi pengamanan standar presiden melekat padanya. Jokowi tidak mau menggunakan fasilitas kepresidenan saat ikut tahapan pilpres.
Bagaimana dengan Prabowo?
Saya melihat Prabowo menggunakan mobil yang sama seperti saat Ia mendaftar capres di KPU. Prabowo menumpangi mobil SUV mewah berkelir putih, Lexus LX 570. SUV Lexus LX 570 punya Prabowo harganya Rp 3 miliaran. Mobil Lexus ini sekitar 10 kali lipat lebih mahal di atas mobil Inova yang di tumpangi Jokowi.
Demikian laporan tidak penting ini saya tulis untuk kalian yang ingin tahu apa yang terjadi usai acara deklarasi. Mohon maaf saya tidak bisa laporkan SBY karena sudah kabur duluan sebelum acara deklarasi dimulai.
Salam perjuangan penuh cinta
Birgaldo Sinaga
#JokowiLagi
#jokowiamin
#IndonesiaMaju
#barabajajokowiamin