BONDOWOSO, beritalima.com – Kabupaten Bondowoso berhasil membawa pulang penghargaan TOP 99 Inovasi Pelayanan Publik tahun 2019.
Piagam penghargaan diberikan atas inovasi Geladak Kancil Jawara. Yakni gerakan para jawara sebagai penggerak utama menyadarkan kepedulian orang tua terhadap pendidikan anak sekaligus menjaring anak kembali ke sekolah.
Adapun, penghargaan diserahkan langsung oleh Menpan RB Syarifudin kepada Bupati Salwa Arifin, Kamis malam (18/7) di Ballroom Hotel Gumaya Tower, Semarang.
Bupati Salwa Arifin, dikonfirmasi melalui sambungan telpon menyampaikan, rasa syukurnya atas penghargaan tersebut, karena dari 3.156 inovasi Kementerian maupun Provinsi dan Kabupaten. Inovasi milik Bondowoso masuk dalam top 99.
Menurutnya penghargaan ini bukanlah tujuan utama, karena bagi Bondowoso ini hanyalah bonus saja.
“Yang terpenting adalah dengan inovasi-inovasi yang kita lakukan mampu meningkatkan pendidikan di Kabupaten Bondowoso,” kata Bupati kelahiran Bondowoso itu.
Ia pun menyampaikan terimakasih kasih kepada OPD di lingkungan pemda Bondowoso, khususnya Dikbud dan bagian organisasi.
“Jadikan ini sebagai motivasi untuk terus memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat dalam peningkatan pendidikan,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Harimas menerangkan bahwa proses seleksi kompetisi inovasi yang diseleranggarakan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia (Kemenpan RB) itu, haruslah lebih dulu melakukan persentasi produk inovasi yang diikutkan.
Dari Bondowoso, Bupati Salwa Arifin tampil mempresentasikan inovasi Geladak Kancil Jawara.
“Pak Bupati langsung yang persentasi,” katanya dihubungi Memo Indonesia.
Ia menerangkan bahwa Geladak Kancil Jawara, bertujuan untuk mengoptimalkan pelayanan prima pada pendidikan anak-anak di kawasan terpencil. Para tokoh masyarakat atau Jawara yang berjumlah 15 orang mengajak anak untuk kembali ke sekolah dan menyadarkan orang tua peduli terhadap pendidikan anak. Gerakan ini dilaksanakan karena banyak anak putus sekolah setelah lulus SD.
Inovasi ini, katanya, dilaksanakan di SMPN 2 Pakem. Dimana sekolah memfasilitasi kebutuhan sekolah berupa seragam, sepatu, dan mobil antar jemput secara gratis.
Jawara merupakan tokoh yang memiliki pengaruh kuat di desa, para Jawara kemudian diajak bersama untuk menyelesaikan masalah pendidikan anak di kawasan terpencil.(*/Rois/MI)